Sejumlah mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene, melakukan aksi demonstrasi di depan Rektorat Kampus STAIN Majene untuk menuntut kepada birokrasi agar ada kebijakan perpanjangan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Aksi itu berlangsung pada Sabtu (5/3/2022), tepat di depan Rektorat Kampus STAIN Majene, di daerah kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Namun, sebenarnya sering juga melakukan aksi kepada birokrat kampus, namun tak pernah ada penyelesaian masalah yang diperoleh.
Massa aksi mulai berorasi sekitar pukul 09.40 Wita, mereka membawa spanduk berisi tuntutnya, dan di spanduk tersebut tertera tulisan kami bukan anak sultan. Para mahasiswa bergantian menyampaikan aspirasi mereka melalui pengeras suara, dengan suara gemuruh dan lantang pun diteriakkan.
Suasana aksi diwarnai dengan pembakaran ban bekas, tepat di depan Rektorat STAIN Majene. Di samping itu, massa aksi ngotot ingin bertemu dengan kepala STAIN Majene, Prof. Dr. Hj. Wasilah Sahabuddin, S.T.,M.T.
Jenderal lapangan (jenlap), Ahmad Syamsuddin, mengatakan bahwa tuntutan mereka merupakan aspirasi sebagian dari mahasiswa yang belum sempat membayar UKT.
"Kami datang ke sini untuk meminta kepada birokrasi kampus agar ada kebijakan perpanjangan pembayaran UKT, banyak mahasiswa yang belum membayar," ujar Ahmad Syamsuddin.
Ahmad Syamsuddin, menjelaskan kenapa banyak mahasiswa yang belum membayar UKT karena terlambat mengetahui info jadwal pembayaran UKT. Hal itu dikarenakan karena banyak mahasiswa tinggal di daerah yang tidak bagus jaringan, dan sebagian besar orang tua mereka berasal dari keluarga petani dan nelayan. Mencari uang pembayaran UKT tidak semudah membalikkan telapak tangan, menurutnya.
Setelah lama berorasi, akhirnya kepala STAIN Majene menemui mereka yang diketahui sedang melaksanakan kegiatan seminar beasiswa. Prof. Dr. Hj. Wasilah Sahabuddin, S.T.,M.T, berdialog dengan massa aksi sekitar pukul 14.20 Wita siang.
Wasilah Sahabuddin, mengapresiasi demo mahasiswa yang merupakan bagian dari demokrasi. Menurutnya, hanya saja ada mis komunikasi antara mahasiswa dengan pihak kampus.
"Kami sudah sampaikan bahwa tidak boleh ada keterlambatan pembayaran SPP, karena sistem akademik sudah terintegrasi antara pembayaran SPP dan mata kuliah. Kalau mereka terlambat, maka otomatis akan cuti," tutur Wasilah Sahabuddin.
Di samping itu, STAIN Majene akan berkomitmen untuk memperbaiki sistem pendidikan karena sering terlambat melaksanakan jadwal akademik, lantaran terlambat menyetor pembayaran UKT. Untuk itulah, kepala STAIN Majene tidak mengeluarkan kebijakan baru terkait perpanjangan UKT, namun mahasiswa diberikan kelonggaran dapat membayar UKT secara manual.
"Mahasiswa yang terlambat membayar, akan diberikan kebijakan untuk membayar UKT secara manual, itu akan dikonsultasikan kepada Ketua Prodi masing-masing dengan mahasiswa, namun catatan tidak boleh terlalu lama," ujarnya.