Bahaya, Lubang Lapisan Ozon Saat Ini Setara Luas Rusia dan China Disatukan

Hernawan | Ary Yulianto
Bahaya, Lubang Lapisan Ozon Saat Ini Setara Luas Rusia dan China Disatukan
ilustrasi lapiran ozon (Pixabay.com/TheDigitalArtist)

Diberitakan oleh laman Livescience, Badan Antariksa Eropa (ESA) melakukan pemantauan dengan menggunakan Satelit Sentinel-5P miliknya dan menemukan lubang ozon yang sangat besar di atas Antartika. Lubang ozon ini merupakan lubang terbesar yang pernah tercatat. Terpantau lubang pada lapisan ozon ini memiliki luas 26 juta kilometer persegi pada 16 September 2023. Sebagai gambaran luasnya lubang pada lapisan ozon ini, kita bisa membayangkan luas tersebut sebanding dengan dua kali ukuran Antartika atau setara dengan luas Rusia digabungkan dengan luas Tiongkok.

Telah diketahui, lapisan ozon berfungsi melindungi Bumi dari bahaya sinar ultraviolet. Melansir laman Britannica, Ozon atau dikenal juga dengan O3 merupakan bentuk oksigen yang molekulnya terdiri dari 3 atom, bukan 2 atom seperti oksigen pada umumnya dan terletak di lapisan stratosfer Bumi. Ozon di lapisan stratosfer Bumi ini menyerap radiasi sinar ultraviolet matahari, di mana radiasi sinar ultraviolet ini mampu membuat kerusakan pada semua organisme hidup yang ada di permukaan Bumi termasuk manusia.

Analisa Ilmuwan terhadap penyebab lubang ozon di Antartika

Menyadur laman Livescience, para Ilmuwan berpendapat bahwa lubang pada lapisan ozon yang terbentuk di atas Antartika disebabkan dari dampak letusan gunung berapi bawah laut Tonga yang terjadi di awal tahun 2022. Para Ilmuwan mengemukakan pendapatnya bahwa dampak dari meletusnya gunung Tonga menyemburkan 50 juta ton air ke atas hingga mencapai lapisan atmosfer bagian atas dan hal tersebut dapat mengganggu kestabilan lapisan ozon. Selanjutnya Ilmuwan menjelaskan alasan ilmiahnya bahwa air akan terurai menjadi ion, atau molekul bermuatan, yang bereaksi dengan ozon dan hal tersebut sama dengan cara kerja CFC merusak lapisan ozon. Untuk diketahui, penambahan jumlah air di lapisan atmosfer bagian atas tersebut setara dengan 10% jumlah air lapisan atmosfer pada kondisi normal.

Sebenarnya pada tahun 2019 lubang pada lapisan ozon tercatat menyusut ke ukuran terkecil yang pernah tercatat. Hal ini disebabkan suhu yang hangat dimana kondisi tersebut mencegah terbentuknya PSC penyebab rusaknya lapisan ozon. Namun, sejak tahun 2020 hingga 2022 suhu yang kembali dingin menyebabkan lubang ozon meluas kembali.

Sebelumnya, pada tahun 1985 para Ilmuwan menyimpulkan lubang pada lapisan ozon di kutub Bumi pada saat itu terjadi karena dampak dari klorofluorokarbon (CFC) yang bereaksi dengan ozon di lapisan stratosfer Bumi. Klorofluorokarbon (CFC) yang merusak lapisan ozon pada saat itu dihasilkan dari penggunaan kaleng aerosol, lemari pendingin, dan bahan pengemas. Dampak dari rusaknya lapisan ozon ini membuat komunitas internasional bereaksi dengan melarang penggunaan CFC pada tahun 1989 dan berhasil membuat lapisan ozon kembali normal seiring berjalannya waktu.

Peneliti pada Badan Antariksa Eropa (ESA) menjelaskan bahwa lubang ozon yang sangat besar ini tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan manusia, karena wilayah di bawah lapisan ozon yang rusak tersebut merupakan wilayah yang sebagian besar tidak berpenghuni. Selanjutnya Ilmuwan tersebut mengatakan pada tahun 2050 lapisan ozon yang rusak tersebut akan kembali normal dengan syarat tingkat CFC tetap rendah.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak