Dalam semangat meningkatkan kualitas dan visibilitas publikasi ilmiah dosen, Program Studi Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau menyelenggarakan workshop bertema “Strategi Efektif Meningkatkan Skor SINTA Melalui Sinkronisasi Data Publikasi” pada Jumat (2/5/2025). Bertempat di Ruang Seminar Fakultas Psikologi dan Kesehatan, kegiatan ini dihadiri oleh puluhan dosen dari berbagai latar belakang keahlian yang menunjukkan antusiasme tinggi dalam memperkuat rekam jejak akademik mereka di platform SINTA (Science and Technology Index).
Workshop ini menjadi respons konkret atas permasalahan yang selama ini menjadi hambatan bagi para dosen, khususnya dalam hal optimalisasi data publikasi di berbagai platform indeksasi seperti Google Scholar, Garuda, dan SINTA itu sendiri. Seiring dengan tuntutan peningkatan akreditasi program studi serta persaingan dalam pendanaan riset dari pemerintah, skor SINTA kini menjadi tolok ukur penting bagi performa dosen di tingkat nasional.
Acara ini dikoordinasikan oleh Reni Susanti, M.Psi., Psikolog, yang juga merupakan salah satu dosen senior di Prodi Psikologi UIN Suska Riau. Dalam sambutannya, Reni menyampaikan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai bentuk fasilitasi peningkatan kapasitas dosen secara teknis, sekaligus motivasi kolektif untuk memperbaiki dan menyelaraskan data akademik yang selama ini masih tersebar di berbagai platform.
“Kami menyambut baik agenda ini karena banyak dosen yang belum menyinkronkan data publikasi mereka, padahal itu sangat berpengaruh pada skor SINTA. Harapannya, dengan workshop ini, dosen dapat mulai menata profil akademik mereka sehingga ketika ada skema pendanaan riset, kita bisa ikut bersaing secara layak,” ungkap Reni.
Sebagai narasumber utama dalam workshop ini, hadir Rion Nofrianda, M.Psi., Psikolog, dosen Psikologi Universitas Jambi yang juga merupakan alumni Prodi Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau. Rion dikenal aktif dalam berbagai kegiatan akademik nasional serta memiliki pengalaman dalam pengelolaan jurnal ilmiah dan manajemen publikasi. Dalam paparannya, ia menyampaikan berbagai strategi praktis dan aplikatif dalam meningkatkan skor SINTA, mulai dari pembaruan profil akademik di Google Scholar, perbaikan metadata publikasi, hingga pengajuan koreksi data pada platform SINTA.
“Masalah utama yang saya temui di banyak kampus adalah data publikasi dosen belum sinkron antar platform. Banyak publikasi sudah tersedia di Google Scholar atau Garuda, tetapi tidak otomatis terbaca oleh SINTA. Jadi kuncinya adalah proaktif: perbarui, validasi, dan sinkronkan. Itu bisa berdampak signifikan terhadap skor SINTA kita,” terang Rion dalam sesi pemaparannya.
Lebih lanjut, Rion menjelaskan bagaimana proses penilaian skor SINTA dilakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Menurutnya, skor SINTA bukan semata-mata soal kuantitas artikel, tetapi juga kualitas dan keterindeksan jurnal yang memuatnya. Oleh karena itu, penting bagi dosen untuk tidak hanya menulis, tetapi juga menempatkan tulisannya di jurnal yang terakreditasi dan bereputasi.
Workshop ini berlangsung dalam suasana interaktif. Setelah pemaparan materi, para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktikkan langsung pembaruan data pada akun SINTA dan Google Scholar masing-masing. Tim teknis dari fakultas turut mendampingi proses ini, memastikan bahwa setiap peserta mampu menavigasi platform dengan baik.
Seorang dosen peserta workshop, Dr. Lisya Chairani menyampaikan pengalamannya mengikuti kegiatan ini. Ia mengaku baru menyadari banyak publikasinya belum terhubung ke SINTA karena kesalahan pada nama penulis dan institusi di Google Scholar.
“Selama ini saya pikir semua publikasi saya otomatis masuk ke SINTA, ternyata tidak. Saya jadi tahu pentingnya penulisan afiliasi yang konsisten dan mencantumkan NIDN. Ini sangat membantu,” ujarnya.
Salah satu bagian penting dari workshop ini adalah sesi diskusi terbuka mengenai kendala teknis dan kebijakan terbaru terkait pengelolaan akun SINTA. Dalam sesi ini, Rion menekankan pentingnya kerja kolektif antar dosen dan manajemen institusi untuk mengintegrasikan data akademik dengan sistem pusat, termasuk dukungan dari pengelola jurnal di tingkat prodi maupun universitas.
“Skor SINTA itu bukan cuma tanggung jawab pribadi dosen, tapi juga institusi. Jadi perlu ada sistem internal yang mendukung, misalnya pelatihan rutin, pendampingan pengajuan akreditasi jurnal, hingga fasilitasi pendaftaran DOI dan editor tools lainnya,” jelasnya.
Keberadaan narasumber yang juga merupakan alumni kampus memberikan warna tersendiri bagi kegiatan ini. Rion menyampaikan rasa bangganya dapat kembali berbagi ilmu di kampus yang pernah membesarkannya. Ia berharap generasi dosen muda di UIN Suska Riau bisa terus berkontribusi melalui karya ilmiah yang berdampak.
“Saya merasa punya tanggung jawab moral untuk berbagi di sini. Kampus ini punya potensi besar, tinggal bagaimana kita kelola dan arahkan dengan strategi yang tepat. Jangan ragu untuk menulis, mempublikasikan, dan memperbaiki data kita,” tutup Rion yang disambut tepuk tangan dari peserta.
Menanggapi antusiasme peserta, panitia menyatakan bahwa kegiatan serupa akan dirancang secara berkelanjutan. Tidak menutup kemungkinan akan diadakan klinik publikasi atau pendampingan penyusunan artikel secara langsung dalam waktu dekat. Hal ini mengingat urgensi dan dampak langsung dari optimalisasi SINTA terhadap karier akademik dosen dan peringkat institusi.
Sebagai bagian dari penutupan acara, Reni Susanti kembali mengajak seluruh dosen untuk menjadikan workshop ini sebagai momentum refleksi dan aksi nyata. Ia menggarisbawahi bahwa peningkatan skor SINTA bukan sekadar target angka, tetapi bagian dari budaya akademik yang sehat dan produktif.
“Kita tidak boleh puas hanya dengan mengajar. Dunia akademik menuntut kita untuk aktif menulis, meneliti, dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Skor SINTA adalah refleksi dari itu semua. Jadi mari kita mulai dari langkah kecil hari ini: memperbaiki dan menyinkronkan data kita,” ujarnya penuh semangat.
Dengan terselenggaranya workshop ini, diharapkan para dosen Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau dapat lebih siap dan percaya diri dalam menghadapi tantangan akademik masa kini. Dalam era digitalisasi dan keterbukaan informasi, visibilitas ilmiah menjadi salah satu aset utama dalam membangun reputasi pribadi dan institusi.
Kegiatan hari itu pun ditutup dengan sesi foto bersama dan pembagian sertifikat kepada peserta. Meskipun berlangsung singkat, workshop ini meninggalkan dampak yang kuat, semangat untuk berubah, berkembang, dan bersaing secara sehat di ranah akademik nasional.
Fenomena perlunya sinkronisasi data akademik bukanlah isu baru, namun belakangan ini semakin mendapat sorotan seiring diperketatnya kriteria penilaian dari lembaga akreditasi dan pemberi dana riset. Dalam konteks ini, SINTA berfungsi tidak hanya sebagai indeks nasional, tetapi juga sebagai barometer yang menunjukkan sejauh mana kontribusi seorang dosen terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Dalam diskusi lebih lanjut, Rion mengingatkan bahwa meskipun sistem SINTA memiliki beberapa tantangan teknis, keberadaannya tetap penting sebagai alat ukur nasional yang terstandardisasi.
“Kita tidak bisa mengabaikan SINTA, karena semua proposal hibah, pengajuan kenaikan jabatan akademik, hingga akreditasi institusi pasti mempertimbangkan skor SINTA. Jadi ini bukan sekadar angka di layar, tapi bagian dari strategi profesional kita,” ujar Rion.
Ia juga mendorong institusi untuk membentuk tim khusus yang mengelola dan mengawasi perkembangan skor dosen secara berkala. Dengan pendekatan kolektif seperti itu, bukan tidak mungkin sebuah institusi dapat mengalami lompatan dalam reputasi akademik hanya dalam beberapa tahun.
Bagi Prodi Psikologi UIN Sultan Syarif Kasim Riau, ini bukan akhir dari sebuah program, tetapi awal dari gerakan akademik baru yang lebih terstruktur dan berorientasi pada hasil.