Saat jalur formal terasa buntu, tembok pun jadi solusinya. Inilah yang terjadi setelah aksi demonstrasi besar-besaran di depan Gedung DPR/MPR RI, Senin (25/8/2025).
Tembok dan jembatan layang di sekitar Senayan mendadak jadi kanvas dadakan buat rakyat yang lagi gerah, diisi dengan "surat terbuka" berisi sindiran super pedas untuk para penguasa.
Aksi vandalisme ini bukan sekadar coretan iseng. Setiap kalimat yang disemprotkan pakai cat semprot seolah mewakili akumulasi kekecewaan publik terhadap serangkaian kebijakan yang dinilai makin nggak masuk akal.
Pertanyaan Menusuk untuk Sang Wakil Presiden
Salah satu 'karya' yang paling nusuk, tentu saja, tulisan "Who Needs Gibran" (Siapa yang Butuh Gibran) yang terpampang gede di jembatan layang. Ini bukan sekadar coretan iseng, tapi pertanyaan langsung yang menusuk ke jantung kekuasaan.
![Aksi demonstrasi yang digelar pada Senin (25/8/2025) diwarnai aksi vandalisme yang berisi "surat terbuka" penuh kekecewaan dari massa. [Suara.com/Faqih]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/26/77458-demo-dpr.jpg)
Di tengah berbagai masalah yang dihadapi rakyat, tulisan ini seolah mempertanyakan relevansi dan peran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Ini adalah cerminan langsung dari salah satu tuntutan utama massa: "Turunkan Prabowo-Gibran".
Gaji Selangit Dewan Dibalas Sindiran Maut
Sasaran utama amarah massa lainnya, tentu saja, adalah para anggota dewan yang terhormat. Isu soal tunjangan rumah Rp50 juta yang bikin total pendapatan mereka tembus Rp100 juta per bulan benar-benar menyulut api. Balasannya? Sindiran brutal di tembok.
"Gaji naik, IQ lo jongkok," tulis massa dengan cat semprot merah.
Nggak berhenti di situ, ada juga tulisan lain yang seolah menghitung pendapatan harian mereka: "Rp 3 juta sehari?". Dua coretan ini jadi tamparan keras yang menunjukkan betapa muaknya publik melihat kesenjangan hidup antara mereka dan para "wakilnya".
Isu Klasik yang Nggak Pernah Basi: 'Awas Banyak Tikus!'
Di antara semua isu baru, masalah klasik soal korupsi tetap nggak ketinggalan. Massa aksi menuliskan peringatan "Awas banyak tikus" di beberapa titik. Ini jadi penanda jelas bahwa isu pemberantasan korupsi masih jadi PR besar dan jadi salah satu sumber utama ketidakpercayaan publik terhadap para pejabat.
Amarah yang tumpah di tembok-tembok Senayan ini bukan tanpa sebab. Dalam siaran pers Aliansi Rakyat Bergerak, ada 9 tuntutan jelas yang mereka usung dalam demo bertajuk "Indonesia Gelap, Revolusi Dimulai":
- Turunkan Prabowo-Gibran
- Bubarkan Kabinet Merah-Putih
- Bubarkan DPR RI
- Hentikan proyek penulisan ulang sejarah Indonesia
- Tangkap dan adili Fadli Zon atas penyangkalan terhadap tragedi pemerkosaan massal 1998
- Tolak Rancangan Kitab Hukum Undang-Undang Anti-Pemerasan (RKHUAP)
- Transparansi gaji anggota DPR
- Batalkan kebijakan tunjangan rumah anggota DPR
- Gagalkan rencana kenaikan gaji anggota DPR
Kini, coretan-coretan itu menjadi monumen bisu dari suara rakyat yang mungkin merasa sudah lelah didengar lewat cara yang biasa-biasa saja.