Di tengah situasi negara yang lagi kacau balau, kreator konten yang dikenal kritis, Ferry Irwandi, nggak tinggal diam. Ia muncul dengan serangkaian "bogem mentah" verbal yang ditujukan langsung ke jantung kekuasaan.
Bukan cuma menuntut pembatalan tunjangan DPR, Ferry bahkan sampai meminta para jenderal untuk mundur dan membongkar dugaan skenario mengerikan di balik semua kerusuhan ini.
Analisis tajamnya ini langsung viral, menyajikan perspektif lain yang lebih gelap dari sekadar amarah massa biasa.
Tuntutan Konkret yang Nggak Main-main
Dalam sebuah video yang diunggahnya ke YouTube, Minggu (31/8/2025), Ferry membeberkan beberapa tuntutan yang menurutnya harus segera dipenuhi untuk mendinginkan kepala rakyat yang sudah terlanjur panas.
Pertama, semua rencana kenaikan tunjangan dan fasilitas mewah buat anggota dewan harus dibatalkan total. Titik.
Kedua, buat para anggota dewan yang ucapannya justru "menyiram bensin ke api", Ferry menantang mereka untuk punya jiwa kesatria.
"Sesekali lo tunjukkan jiwa kesatria lo. Lo mundur daripada dipecat. Lo mundur dari jabatan lo sebagai anggota dewan. Seenggaknya itu sedikit menyelamatkan kehormatan lo karena lo udah menyakiti pihak yang paling nggak boleh lo sakiti, yaitu masyarakat yang lo wakilin," ujarnya.
Tuntutan paling keras ia layangkan ke institusi Polri, terutama terkait kasus tewasnya pengemudi ojol, Affan Kurniawan, akibat terlindas rantis Brimob. Baginya, ini bukan lagi soal kelalaian, tapi soal pertanggungjawaban di level tertinggi.
"Dan seharusnya, jenderal-jenderal bertanggung jawab atas situasi ini. Ditunggu mundurnya pak," kata Ferry.
Teori Konspirasi yang Bikin Merinding: Tujuannya Darurat Militer!
Setelah melontarkan tuntutan konkretnya, Ferry masuk ke bagian analisis yang paling bikin merinding. Menurutnya, semua kerusuhan yang terjadi ini bukanlah kebetulan. Ada sebuah skenario besar yang sedang dimainkan oleh pihak-pihak tertentu.
Tujuan akhirnya? Menciptakan kondisi negara dalam keadaan darurat militer.
"Tujuan tersebut tak lain tak bukan adalah menciptakan negara dalam kondisi darurat militer," ujarnya.
Kenapa darurat militer? Menurut Ferry, status ini akan memberikan kekuasaan absolut kepada pihak tertentu. Bukan cuma soal bisa mengerahkan militer, tapi juga bisa melegalkan tindakan-tindakan ekstrem.
"Bukan cuma soal tindakan kekerasan, bukan cuma soal tindakan pengamanan, bahkan penyitaan aset untuk kepentingan negara bisa dilakukan ketika negara berada dalam keadaan darurat militer," terangnya.
Dan untuk melegitimasi status ini, mereka butuh satu hal: aksi massa yang super besar dan chaos. "Nah, rencana darurat militer ini butuh satu elemen paling penting yaitu aksi massa yang masif," jelas Ferry.
Dalangnya Bukan Asing, tapi dari Lingkaran Kekuasaan Sendiri?
Lalu, siapa dalang di balik semua ini? Ferry dengan gamblang menepis dugaan adanya campur tangan asing. Justru, ia menunjuk hidung pihak-pihak di dalam lingkaran kekuasaan itu sendiri. Motifnya, kata Ferry, adalah kombinasi dari keserakahan, sakit hati, dan hasrat untuk menjadi lebih berkuasa.
"Nah, clue-nya pak, bukan dari asing pak. Dari kekuasaan itu sendiri pak. Dari tamaknya, dari keserakahan, dari rasa sakit hati mungkin, dari rasa ingin lebih kuat dan lebih powerful," ujarnya.
Untuk membuktikannya, Ferry bahkan menyodorkan beberapa nama akun di X (dulu Twitter) yang menurutnya perlu diselidiki, seperti Heraloebs, Tekarok 007, Mas Veel, dan Ndrews Tjan.
Menurutnya, jejak digital afiliasi dan pola serangan dari akun-akun ini bisa dilacak untuk membongkar siapa yang sebenarnya bermain di balik layar.
Analisis Ferry ini seolah membuka kotak pandora, mengajak publik untuk melihat bahwa kerusuhan yang terjadi mungkin lebih dari sekadar ledakan amarah rakyat biasa.