Polemik Gas Air Mata di UNISBA dan UNPAS Bandung, Rektor dan Polisi Beri Klarifikasi

Hayuning Ratri Hapsari | Siti Nuraida
Polemik Gas Air Mata di UNISBA dan UNPAS Bandung, Rektor dan Polisi Beri Klarifikasi
Kampus Unisba dan Unpas diberondong gas air mata. [Instagram/@irwandiferry]

Baca 10 detik
  • Gas air mata yang ditembakkan polisi untuk membubarkan massa aksi di sekitar UNISBA tertiup angin hingga masuk ke area kampus UNISBA dan UNPAS, memicu kepanikan mahasiswa.
  • Polisi membantah tuduhan penyerbuan kampus dan menyebut mereka hanya berada di jalan raya, sementara rektor UNISBA menegaskan aparat tidak pernah masuk ke area kampus.
  • Insiden ini menimbulkan perdebatan publik antara kewajiban aparat menjaga ketertiban umum dan pentingnya menjaga kampus sebagai ruang akademik yang bebas dari kekerasan.

Insiden gas air mata yang terjadi di sekitar Universitas Islam Bandung (UNISBA) dan Universitas Pasundan (UNPAS) pada Senin (1/9/2025) memunculkan polemik besar.

Sejumlah mahasiswa mengaku menjadi korban paparan gas, sementara aparat kepolisian menegaskan bahwa tindakan tersebut dilakukan sebagai upaya pengendalian massa.

Narasi yang beredar di masyarakat pun beragam: ada yang menuding aparat menyerang kampus, sementara polisi bersikeras bahwa mereka justru diserang terlebih dahulu oleh kelompok anarko.

Kronologi Kejadian di Sekitar Kampus

Potongan CCTV disebut penyerangan aparat ke kampus Unisba, Senin (1/9/2025). [X/@Risumtaz]
Potongan CCTV aparat melakukan pengamanan di kampus Unisba, Senin (1/9/2025). [X/@Risumtaz]

Insiden bermula ketika aparat kepolisian tengah melakukan pengamanan aksi mahasiswa di sekitar kawasan UNISBA, Jalan Tamansari, Kota Bandung. Situasi memanas setelah kerumunan massa menolak dibubarkan. Aparat kemudian melepaskan tembakan gas air mata untuk mengurai massa.

Namun, arah tembakan gas justru menimbulkan masalah baru. Sebagian gas masuk ke area parkir dan lingkungan kampus UNISBA serta UNPAS. Peristiwa ini sontak memicu kepanikan mahasiswa yang sedang beraktivitas di dalam.

Polda Jabar kemudian memberikan klarifikasi. Mengutip keterangan resmi yang disampaikan, polisi menyebut bahwa gas air mata ditembakkan ke arah jalan raya, bukan langsung ke kampus. Hanya saja, arah angin membuat gas tersebut tertiup hingga masuk ke lingkungan universitas.

Bantahan Aparat: Tidak Ada Penyerbuan Kampus

Salah satu isu yang ramai di media sosial adalah dugaan aparat kepolisian menyerbu masuk ke area kampus. Kabar ini dengan cepat menyebar di platform X dan Instagram, memicu kemarahan warganet.

Namun, Polda Jabar dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Polisi menegaskan tidak ada personel yang masuk ke kampus, dan mereka hanya berada di jalan raya. 

Kepolisian bahkan menambahkan bahwa tim patroli justru sempat diadang kelompok massa. Mereka menyebut kelompok itu membawa atribut yang diduga anarko serta melakukan perlawanan dengan melemparkan bom molotov.

Klarifikasi dari Rektor UNISBA

Di tengah simpang siurnya informasi, Rektor UNISBA Prof. Edi Setiadi turun langsung memberikan penjelasan. Ia menegaskan bahwa aparat sama sekali tidak memasuki wilayah kampus.

“Gas air mata memang masuk, tapi karena tertiup angin. Aparat hanya berada di luar pagar kampus,” jelasnya.

Lebih lanjut, Edi membeberkan rekaman CCTV dari kamera keamanan kampus. Dalam rekaman itu terlihat bahwa massa yang terdesak masuk ke area kampus untuk berlindung. Namun, tidak tampak ada aparat kepolisian yang ikut masuk.

“Yang terlihat hanya mahasiswa dan massa aksi yang mencari perlindungan. Aparat tidak masuk ke area kami,” kata Edi menegaskan. Ia juga meminta semua pihak menghormati kampus sebagai ruang akademik yang harus bebas dari kekerasan.

Narasi Anarko dan Lemparan Molotov

Selain soal dugaan penyerbuan kampus, isu lain yang mencuat adalah keterlibatan kelompok anarko. Polda Jabar membantah narasi yang menyebut kampus UNISBA diserang oleh kelompok anarko. Menurut polisi, yang terjadi adalah kelompok massa yang diduga anarko melemparkan molotov ke arah aparat, sehingga situasi semakin ricuh.

Polisi mengklaim bahwa lemparan molotov itulah yang memaksa mereka melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa. “Kami justru diserang terlebih dahulu,” ujar seorang perwira Polda Jabar.

Situasi di UNPAS Bandung

Cuplikan CCTV yang beredar di platform X yang memperlihatkan bagaimana aparat menembakkan gas air mata ke kawasan kampus Unisba dan Unpas, Tamansari, pada 1 September 2025 pukul 23.40 WIB (x.com)
Cuplikan CCTV yang beredar di platform X yang memperlihatkan bagaimana aparat menembakkan gas air mata ke kawasan kampus Unisba dan Unpas, Tamansari, pada 1 September 2025 pukul 23.40 WIB (x.com)

Tidak hanya UNISBA, kampus Universitas Pasundan (UNPAS) juga terkena dampak insiden tersebut. Asap gas air mata masuk ke area kampus sehingga membuat mahasiswa panik. Beberapa dari mereka terpaksa berlari mencari tempat aman.

Meski demikian, pihak kampus UNPAS belum memberikan pernyataan resmi yang panjang. Fokus utama mereka adalah memastikan keamanan civitas akademika serta memulihkan kondisi setelah kericuhan mereda.

Klarifikasi Tambahan dari Kepolisian

Polisi terus berupaya meredam isu yang beredar di masyarakat. Kabid Humas Polda Jabar kembali menekankan bahwa aparat tidak pernah masuk ke area kampus. Menurutnya, gas air mata yang masuk ke dalam UNISBA dan UNPAS sepenuhnya disebabkan faktor angin.

Selain itu, polisi meminta masyarakat untuk tidak mudah percaya pada narasi yang beredar di media sosial, karena sebagian besar bersifat provokatif. “Kami minta publik hati-hati, jangan sampai termakan hoaks yang bisa memperkeruh suasana,” ujarnya.

Publik dan Media Sosial

Meski klarifikasi sudah diberikan dari berbagai pihak, di media sosial isu ini tetap menjadi perbincangan panas. Ada yang menyalahkan polisi karena menembakkan gas air mata terlalu dekat dengan kampus, ada pula yang menuding kelompok anarko sebagai provokator utama.

Sejumlah foto dan video beredar luas memperlihatkan kepulan gas di area UNISBA. Namun, keaslian dan konteks video itu masih dipertanyakan. Polisi sendiri menyebut bahwa potongan video sering kali dipakai untuk membangun narasi yang tidak sesuai dengan fakta.

Analisis Situasi: Antara Tugas Keamanan dan Kebebasan Akademik

Pakar hukum tata negara menilai bahwa kasus ini mencerminkan dilema klasik dalam demokrasi. Di satu sisi, aparat memiliki kewajiban menjaga ketertiban umum. Namun di sisi lain, kampus harus dihormati sebagai ruang independen yang tidak boleh diganggu oleh kekerasan aparat.

Ia menyebut, meski aparat tidak terbukti masuk kampus, tetap diperlukan mekanisme pengawasan agar tindakan pengendalian massa tidak menimbulkan trauma bagi mahasiswa.

“Gas air mata mungkin dianggap prosedural, tapi dampaknya bisa merusak kepercayaan publik terhadap institusi keamanan,” ujarnya.

Penutup: Perlu Transparansi dan Dialog

Insiden gas air mata di UNISBA dan UNPAS Bandung menunjukkan betapa rapuhnya komunikasi antara aparat, mahasiswa, dan masyarakat sipil.

Klarifikasi dari kepolisian, pernyataan rektor, serta laporan media memperlihatkan bahwa sebenarnya tidak ada aparat yang masuk kampus. Namun, persepsi publik sudah terlanjur terbentuk akibat derasnya narasi di media sosial.

Agar kejadian serupa tidak terulang, semua pihak perlu mengedepankan transparansi informasi. Aparat harus lebih berhati-hati dalam penggunaan kekuatan di sekitar wilayah pendidikan, sementara mahasiswa dan masyarakat juga harus lebih kritis terhadap informasi yang beredar di media sosial.

Pada akhirnya, kampus adalah ruang akademik yang seharusnya menjadi zona damai. Insiden ini menjadi pengingat penting bahwa pengendalian keamanan harus selalu menghormati kebebasan akademik dan keselamatan mahasiswa.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?