Erros Djarot Bongkar Borok Politik Jokowi: Nepotisme dan Buzzer Rusak Demokrasi Indonesia?

M. Reza Sulaiman
Erros Djarot Bongkar Borok Politik Jokowi: Nepotisme dan Buzzer Rusak Demokrasi Indonesia?
Budayawan, seniman, dan politisi senior, Erros Djarot dalam podcast di akun YouTube Abraham Samad SPEAK UP. [Tangkapan layar]

Politikus senior Erros Djarot lagi-lagi bikin panggung politik panas. Kali ini, ia tanpa tedeng aling-aling melontarkan kritik super tajam yang sasarannya langsung ke jantung kekuasaan selama satu dekade terakhir: rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Menurut Erros, kerusakan sistemik yang terjadi di Indonesia saat ini adalah buah dari apa yang sudah dibangun selama 10 tahun ke belakang. Dari nepotisme sampai kebohongan, semuanya dianggap terjadi secara sistematis.

Saat 'Otak' Kalah Sama 'Ordal'

Dalam sebuah perbincangan di YouTube, Erros dengan gamblang menyebut bahwa peradaban di Indonesia sudah dirusak. Ia menyoroti bagaimana nilai-nilai meritokrasi atau kemampuan individu seolah runtuh, digantikan oleh nepotisme dan "ordal-ordal" (orang dalam).

Dan contoh paling nyatanya? Menurut Erros, adalah kehadiran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Ia bahkan menyentil isu ijazah Gibran yang sempat jadi kontroversi dengan nada yang sangat sarkas.

“Buat apa ditutupin ijazahnya si siapa? Gibran ya. Loh, kalau emang enggak-enggak penting gitu. Kan penting otaknya,” ucap Erros.

Sebuah sindiran yang seolah ingin bilang, "Kalau memang kemampuannya ada, kenapa dokumen formalnya harus jadi masalah?" Baginya, keterlibatan Gibran ini adalah puncak dari pengabaian etika politik.

Buzzer Itu 'Institusi Mengerikan', tapi Kini Mulai Lemah?

Selain nepotisme, Erros juga menyoroti "senjata" lain yang menurutnya dipakai selama 10 tahun terakhir untuk menopang kekuasaan: buzzer.

“Ini loh institusi yang mengerikan itu 10 tahun dilakukan ya rezimnya Jokowi ya menggunakan buzzer,” ungkapnya.

Tapi, ada plot twist menarik. Erros justru optimis bahwa kekuatan para buzzer ini kini mulai melemah. Dan "kryptonite"-nya? Sesuatu yang nggak pernah kita duga.

“Sekarang buzzer-buzzer nya mulai mulai kesulitan karena apa? Karena ada artificial intelligence,” jelasnya.

'Saatnya Evaluasi Total!'

Melihat semua "kerusakan" ini, Erros menyerukan perlunya evaluasi total terhadap arah bangsa. Kritiknya ini bukan tanpa konteks, lho. Ia secara spesifik menghubungkannya dengan janji-janji reformasi yang belum terwujud dan tuntutan rakyat yang baru-baru ini menggema.

“Janji Pak Presiden untuk melakukan reformasi di segala bidang… ya termasuk juga kemarin kalau kita lihat tuntutan teman-temannya 17+8 ke DPR itu,” ungkapnya, merujuk pada daftar "17+8 Tuntutan Rakyat" yang viral.

Bukan Benci Prabowo, tapi Sayang Indonesia

Di tengah semua kritiknya yang super pedas, Erros menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk menjatuhkan siapa pun, termasuk pemerintahan sekarang. Justru sebaliknya, ia merasa kritiknya ini adalah cara untuk "membantu" Presiden Prabowo.

“Makanya kita harus bantu Mas Prabowo ini ya kan... Bukan itu, saya bantuin Indonesia kok,” ujarnya.

Ia seolah ingin bilang, "Saya bongkar semua borok ini biar pemerintahan yang sekarang tahu apa saja yang harus diperbaiki."

Pernyataan Erros Djarot ini menjadi "tamparan" keras yang mengingatkan kita semua bahwa ada banyak PR besar yang diwariskan dari rezim sebelumnya. Jadi, menurutmu, kritik pedas dari Erros ini beneran buat "ngebantuin" Prabowo, atau ada agenda lain di baliknya?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak