Problem MBG Bikin Ahli Gizi Masyarakat Murka, Saatnya Evaluasi atau Stop?

Hikmawan Firdaus | e. kusuma .n
Problem MBG Bikin Ahli Gizi Masyarakat Murka, Saatnya Evaluasi atau Stop?
Dr. Tan Shot Yen (Youtube.com/DPR RI)

Beberapa waktu terakhir, pelaksanaan program MBG (Makanan Bergizi Gratis) dari pemerintah semakin banjir kritik. Berawal dari program kampanye yang digadang-gadang bisa berdampak positif, kini MBG justru tampak problematik.

Menyasar anak-anak usia sekolah, program berupa makan siang gratis ini justru memunculkan insiden keracunan massal di sejumlah daerah di tanah air. Banyak siswa jadi korban usai menyantap menu makanan MBG.

Bahkan kesepakatan di balik pelaksanaan program ini pun juga menuai kontroversi. Mulai dari isu dana yang ‘disunat’ sampai cawe-cawe pemegang hak dapur MBG atau dikenal juga dengan istilah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

Temuan kasus di mana ada SPPG fiktif hingga dugaan kecurangan anggaran menu juga santer jadi perbincangan publik. Apalagi kesan ‘pemaksaan’ untuk menyantap menu yang disediakan sampai habis seolah menambah daftar panjang problem MBG.

Tidak berhenti di situ, ahli gizi masyarakat juga mulai angkat bicara menyoroti kelemahan dalam perencanaan dan pelaksanaan program ini. Bahkan statement tersebut diutarakan dalam di hadapan anggota DPR secara langsung.

Ahli Gizi Murka, Anggota Dewan Jadi Sasaran

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) pada Selasa (23/9/2025), Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat Dr. Tan Shot Yen menyampaikan unek-uneknya pada anggota DPR RI Komisi IX. Dengan nada tegas, ia menyampaikan pendapat kalau MBG sudah melenceng.

Menurut Dr. Tan Shot Yen, pelaksanaan program MBG seharusnya jadi momentum penting dalam edukasi makanan untuk anak-anak. Bukan asal menyiapkan makanan, MBG seharusnya jadi ajang perbaikan dan pemahaman tentang gizi.

Namun, dalam praktiknya, MBG justru jauh dari konsep makanan bergizi. Dr. Tan juga menunjukkan kekesalannya di hadapan anggota dewan karena anak-anak sering mendapat menu makanan olahan. Padahal ia berharap menu MBG berisi makanan lokal yang tidak hanya bergizi tapi juga jadi kesempatan edukasi.

Temuan Kasus Ahli Gizi Minim Jam Terbang

Masih dalam RDP DPR RI bersama Dr. Tan Shot Yen, pernyataan lain terkait temuan kasus ahli gizi di SPPG yang minim jam terbang juga turut mencuat. Dr. Tan Shot Yen bahkan terang-terangan menyebut hanya bisa hitung-hitungan kalori.

Tentu fakta ini terdengar miris mengingat kebutuhan gizi yang jadi program utama MBG seharusnya diutamakan. Bukan sekadar menyediakan makanan, tapi pemerintah juga wajib memastikan pelaksanaan program ini sudah sesuai tujuan.

Apalagi kasus keracunan yang semakin marak hingga seruan para orang tua agar menghentikan program ini untuk dievaluasi kembali. Bukan hanya kesehatan anak, keselamatan anak juga ikut terancam.

Kasus Keracunan MBG yang Marak

Sejak program MBG dijalankan, laporan tentang siswa keracunan makanan muncul di beberapa daerah. Kasus-kasus tersebut bahkan sudah menyentuh angka lebih dari 5000 korban.

Kejadian ini tentu semakin banyak menimbulkan keresahan di kalangan orang tua dan guru. Program yang seharusnya memberi asupan gizi sehat justru menimbulkan masalah kesehatan.

Kasus keracunan MBG pun memicu banyak dugaan yang melatarbelakanginya, seperti pengolahan makanan yang tidak higienis, termasuk distribusi yang tidak tepat waktu hingga makanan jadi basi saat sampai ke tangan siswa.

Bahkan isu kurangnya pengawasan standar keamanan pangan dan vendor asal-asalan yang hanya mengejar untung tanpa memperhatikan kualitas gizi juga ikut mencuat.

Dengan banyaknya masalah yang muncul sampai jadi headline berita di berbagai media, tidak heran kalau program MBG dicap problematik. Kini hanya tinggal menunggu langkah konkret pemerintah, apakah akan menghentikan program ini dan mengalihkan dana besar untuk pendidikan atau terus berlanjut dengan evaluasi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak