Ada perang dingin kecil yang lagi terjadi di kabinet. Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, punya ide ambisius: mendirikan Family Office atau semacam "Bank Khusus Sultan" di Indonesia. Dan rencananya? Mau pakai modal dari APBN alias uang negara kita!
Tapi, ide ini langsung dimentahkan begitu saja oleh Menteri Keuangan (Menkeu) yang baru, Purbaya Yudhi Sadewa. Dengan gaya blak-blakannya, Purbaya seolah memberi "skakmat" telak kepada sang jenderal.
Biar kamu nggak bingung, ini dia 5 poin penting soal apa itu Family Office dan kenapa ide ini jadi sumber "keributan" di kabinet.
1. Jadi, Apa Sih Sebenarnya 'Family Office' Itu?
Sederhananya, Family Office adalah sebuah perusahaan super eksklusif yang tugasnya mengurus semua hal yang berhubungan dengan kekayaan keluarga super kaya (ultra high-net-worth individuals).
Ini bukan cuma soal investasi saham atau reksa dana. Tugas mereka jauh lebih luas:
- Mengelola semua investasi keluarga, dari properti sampai seni.
- Mengurus perencanaan pajak dan warisan.
- Mengatur kegiatan filantropi atau amal.
- Bahkan sampai ngurusin hal-hal "sepele" kayak pendidikan anak atau merencanakan liburan keluarga.
Intinya, mereka adalah "manajer pribadi" level dewa untuk para sultan.
2. Apa Rencana Luhut? Mau Bikin 'Singapura' Baru di Bali
Gagasan Luhut adalah mendirikan pusat layanan Family Office ini di Bali. Tujuannya sangat ambisius: menjadikan Bali sebagai pusat keuangan internasional baru yang bisa menyaingi Singapura atau Swiss.
Ia ingin menarik para investor kakap global untuk "memarkirkan" uang mereka di Indonesia. Caranya? Tentu saja dengan memberikan berbagai kemudahan dan insentif pajak.
3. Kenapa Pakai APBN? Nah, Ini yang Jadi Masalah!
Di sinilah letak kontroversinya. Untuk mendirikan lembaga super elite ini, Luhut mengusulkan agar modalnya diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ide inilah yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Menkeu Purbaya.
4. 'Skakmat' dari Menkeu Purbaya: "Anggaran Saya Nggak Akan ke Sana!"
Purbaya, sebagai penjaga gawang kas negara, punya sikap yang sangat tegas. Menurutnya, APBN itu harus fokus untuk program yang jelas dan tepat sasaran bagi rakyat banyak, bukan untuk memodali "bank"-nya para sultan.
"Kalau DEN bisa bangun sendiri, ya bangun saja sendiri. Saya anggarannya nggak akan alihkan ke sana. Saya fokus, kalau kasih anggaran tepat, nanti pas pelaksanaannya tepat waktu, tepat sasaran dan nggak ada yang bocor," tutur Purbaya.
Sebuah penolakan yang sangat lugas dan tanpa basa-basi.
5. Purbaya Bahkan Ngaku 'Nggak Ngerti' Konsepnya
Yang bikin makin menarik, Purbaya bahkan mengaku belum paham betul soal konsep Family Office yang digagas Luhut ini, meskipun Luhut sudah sering membicarakannya.
"Saya belum terlalu ngerti konsepnya walaupun Pak Ketua DEN sering bicara. Saya belum pernah lihat apa sih konsepnya, jadi saya nggak bisa jawab," imbuhnya.
"Serangan balik" dari Menkeu Purbaya ini seolah jadi sinyal. Di kabinet yang baru ini, tidak semua ide dari seorang Luhut Binsar Pandjaitan akan otomatis mulus dan disetujui. Akan ada "perlawanan" dari para menteri teknokrat yang lebih fokus pada angka dan prioritas.