Dari Penerima Hibah Jadi Pelaku Pasar, Cerita Berdaya Komunitas di TEI 2025

Rendy Adrikni Sadikin | Ancilla Vinta Nugraha
Dari Penerima Hibah Jadi Pelaku Pasar, Cerita Berdaya Komunitas di TEI 2025
Booth GEF SGP di Pameran Trade Expo Indonesia 2025.(Dokumentasi Pribadi)

Trade Expo Indonesia 2025 digelar di ICE BSD City, Serpong, Tangerang, Banten, mulai 15 hingga 19 Oktober 2025. Dalam event ini, Global Environmental Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia menampilkan ragam produk lokal yang diproduksi oleh komunitas dan masyarakat setempat.

Dari penerima hibah menjadi pelaku pasar. Pesan ini pantas disematkan melalui pameran GEF SGP Indonesia di TEI 2025. Lewat event yang dihelat oleh Kementerian Perdagangan tersebut, mereka menampilkan produk lokal dan menegaskan peran masyarakat sebagai pelaku utama dalam ekonomi konservasi berkelanjutan.

Sidi Rana Menggala, salah satu koordinator GEF SGP Indonesia, menjelaskan model pengembangan masyarakat memang memiliki pola yang cukup jelas. Mulai dari mengidentifikasi masalah, mendapatkan hibah, melaksanakan proyek, hingga melaporkan hasilnya. Tapi ada satu hal yang mengganjal.

“Tak dapat dipungkiri, model ini memang telah mendorong berbagai pekerjaan luar biasa yang dihasilkan dari setiap wilayah mitra. Kendati demikian, sering kali meninggalkan satu pertanyaan penting yang belum terjawab: Apa yang terjadi ketika dana hibah berakhir?” ujar Sidi dalam pernyataannya di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Tentunya, pertanyaan ini cukup menantang. Ada jawaban yang lebih berkelanjutan menanti. Nah, jawaban itulah yang dibawa ke panggung nasional TEI. Ya, pameran bukan sembarang pameran. Melalui event itu, GEF SGP Indonesia mau menggeser peran penyandang dana tradisional menjadi pembuat pasar yang proaktif.

Trade Expo Indonesia (TEI), merupakan ajang perdagangan dan investasi nasional yang menjadi tempat pertemuan antara pelaku usaha dan pembeli internasional. Sidi mengatakan pihaknya tidak cuma menampilkan laporan dan foto, melainkan produk nyata, layak investasi, dan siap dipasarkan dari komunitas yang mereka dampingi.

“Kita di dunia di mana konsumen dan pembeli B2B kian menuntut transparansi dan tujuan jelas. Nah, cerita di balik produk menjadi nilai terbesarnya. Di TEI, kami tidak hanya menjual madu; kami menampilkan hubungan erat kami dengan petani kopi dan keterkaitan mereka dengan habitat alami,” kata Sidi.

Menurut dia, hubungan antarrelasi manusia menciptakan dampak yang sangat kuat. Salah satunya adalah pemberdayaan komunitas. Pihaknya membawa kisah-kisah komunitas di daerah ke panggung nasional untuk memberikan pengakuan atas kerja kerasnya mereka selama ini.

“Kami ingin menyampaikan pesan kepada para mitra komunitas, bahwa mereka bukan penerima bantuan; mereka adalah inovator, pengusaha, dan penjaga modal alam bangsa kita,” terang Sidi.

Tidak bisa dipungkiri, perjalanan dari proyek berbasis komunitas hingga ke panggung nasional bukanlah jalan sunyi. Dibutuhkan kolaborasi yang kuat dengan mitra berpikiran maju, mulai dari sektor swasta, pemerintah hingga lembaga keuangan.

“Kami mencari mitra yang melihat apa yang kami lihat: bahwa berinvestasi dalam usaha berbasis komunitas bukan sekadar CSR, melainkan investasi strategis dalam rantai pasok yang lebih stabil, berkelanjutan, dan adil bagi Indonesia,” tutup Sidi.

Kementerian Perdagangan menggelar Trade Expo Indonesia (TEI) 2025 ke-40 pada 15-19 Oktober 2025 dengan mengusung tema "Discover Indonesia's Excellence: Trade Beyond Boundaries". Ajang yang digelar di ICE BSD City ini menjadi tempat bertemu para eksportir dan importir untuk dapat bertransaksi hingga menarik investasi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak