Beberapa bulan lalu, saya berkesempatan menjadi peserta kunjungan ke beberapa tempat peribadatan yang berada di kota Malang. Vihara Dhammadipa Arama, Biara Flos Carmeli, Masjid Padang Mahsyar, Pura Luruh Giri Arjuna. Sebagai seorang muslim doktrinal turun temurun, saya merasakan betapa hangatnya hidup berdampingan dengan azas saling menghargai dan menghormati meskipun saling berbeda keyakinan.
Perjalan itu melibatkan salah satu organisasi lintas agama yang konsen pada agama yang mencipta perdamaian. Dari perjalanan lintas agama, saya kemudian berkenalan dengan penganut agama kepercayaan. Agama kepercayaan yang berada di luar enam agama di Indonesia. Dari diskusi pemaparan lintas agama, saya menguntit bahwa pemeluk agama harusnya tidak mengolok agama kepercayaan.
Saya merasa betapa pentingnya pemuda masa kini dikenalkan dengan toleransi. Adanya toleransi sebagai upaya meredam pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan pandangan. Manusia memang diciptakan berbeda, bahkan saudara kembar sekalipun pasti memiliki sisi perbedaan. Namun, adanya perbedaan bukan alasan untuk saling berebut mana yang paling pantas disebut sebagai kebenaran. Perbedaan justru menjadi bumbu kehidupan sosial yang penuh dengan kehangatan.
Belajar dari sejarah bahwa perbedaan dan kontradiksi antar agama hanya menghasilkan perpecahan. Dalam forum interaksi lintas agama, kami menemukan satu konklusi penting yang mengerucut pada perdamaian. Baik ajaran yang saya anut, maupun agama yang mereka pelajari semua bersepakat bahwa perdamaian dan toleransi penting untuk ditegakkan. Spirit ini saya rasa penting untuk digaungkan pada generasi muda indonesia.
Toleransi yang pada perjumpaan itu jadi salah konsen utama, lantas menjadi motto dan semangat bersama. Toleransi memang seyogyanya terjadi di Indonesia, negara yang masyarakatnya multikultural. Toleransi tidak hanya mengyangkut saling menghargai dalam prosesi beragama. Lebih luas toleransi sebagai bentuk menghormati saling memahami antar individu satu sama lain. Baik dalam urusan budaya, bahasa, suku bangsa, bahkan keyakinan (agama).
Peran Generasi Muda
Pemuda lintas agama merupakan representasi dari Indonesia yang terkemas dalam rasa cinta sebagai yang bangsa. Merawat keberlangsungan bangsa salah satu langkah yang dapat ditempuh dengan komunikasi dan berdiskusi lintas agama. Langkah kecil yang dapat menjadi bernilai lebih ketika dilakukan secara terus menerus dengan tetap mengutamakan rasa saling menghormati satu sama lain.
Generasi muda dalam posisi yang memiliki semangat tinggi memiliki peran penting dalam menciptakan terciptanya perdamaian dan toleransi. Generasi muda seharusnya bisa membuka mindset pada ajaran lintas iman yang secara sadar mengamalkan bahwa Indonesia memiliki beberapa agama.
Pemuda bagi saya adalah garda terdepan dalam menyuarakan toleransi. Tugas pemuda merevitalisasi pemahaman toleransi. Pemuda harus membayangkan betapa tidak enak hidup yang hanya dihuni oleh orang orang serupa saja. Justru perbedaan inilah yang menjadi bunga perangkai hidup untuk merajut kemanusiaan.
Mengutip kata Martin Heideggar bahwa puncak seorang beragama adalah humanisme. Lebih penting adanya daripada saling berebut mana yang paling benar, yaitu saling menghargai sebagai sesama manusia.
Jika di ruang lingkup pemuda perbedaan agama masih jadi penghalang, saya rasa generasi muda tidak akan lebih baik. Bahkan tragisnya, perselisihan akan sering terjadi karena perbedaan pandangan. Generasi muda setidaknya mengetahui secara umum bagaimana hidup berdampingan dengan penganut agama lain yang ada di lingkungannya. Cara ini akan membuat rasa hormat satu sama lain meningkat dan saling memahami.
Generasi muda, sudah seharusnya menjadi aktor terbaik menggelorakan toleransi. Jika saat ini generasi muda memahami perbedaan agama sebagi cinta dan membentuk kesatuan yang didasarkan perbedaan agama. Maka kerukunan beragama dan hubungan lintas agama akan terjaga kearah yang lebih baik.
Pemuda merupakan harapan bonus demografi pada beberapa tahun mendatang. Tindakan terdekat yang dapat dilakukan adalah mengikuti program diskusi lintas iman. Dengan harapan sederhana, sekiranya Indonesia yang hidup damai dalam keberagaman. Pemahaman ini lantas ditularkan pada lingkungan sekitar sehingga nantinya tercipta iklim damai dan saling menghargai.
Sumber Rujukan:
Adeng Muchtar Ghazali. 2004. Agama dan Keberagamaan dalam Konteks Perbandingan Agama. Pustaka Pelajar: Bandung.
Azyumardi Azra. 2009. Toleransi Agama Dalam Masyarakat Majmuk: Perspektif Muslim Indonesia, dalam buku Merayakan Kebebasan Beragama (Bunga Rampai 70 Tahun Djohan Effendi). Kompas: Jakarta.
Heidegger, Martin. 1953. Introduction to Metaphysics. Yale University Press: New Haven.