Sebagaimana diketahui bersama, bahwa pemerintah terus berupaya untuk mengurangi jumlah emisi karbon.
Berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada bulan Januari 2024, capaian penurunan emisi menunjukkan arah perubahan yang positif. Setelah mencapai 127,67 juta ton pada tahun 2023, Pemerintah menargetkan 142 juta ton pada tahun 2024.
Untuk membantu mencapai target tersebut, tentu peran pemerintah saja tidaklah cukup. Perlu ada dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh masyarakat. Dalam hal ini, peran pemuda sangatlah penting, salah satunya dengan melakukan aksi tanam mangrove sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan bantu kurangi emisi karbon.
Saya dan sejumlah rekan-rekan penerima Beasiswa Sobat Bumi Pertamina Regional Karawang, bersama Pramuka Universitas Singaperbangsa Karawang, dan Komunitas Pecinta Mangrove, yang memiliki empati untuk membantu mengurangi emisi karbon rela turun ke pesisir pantai untuk melakukan penanaman mangrove. Saat itu merupakan kali pertama saya melakukan penanaman mangrove.
Sungguh pengalaman yang sangat mengesankan. Ternyata menanam mangrove di pesisir pantai tidak semudah yang saya bayangkan sebelumnya.
Kondisi pesisir pantai yang saat itu cukup kotor dipenuhi sampah, serta tingkat ketinggian air yang cukup tinggi di tempat kami melakukan penanaman mangrove, yakni mencapai pinggang orang dewasa, membuat kondisi semakin sulit.
Meski begitu, berbagai macam tantangan dan kesulitan yang ada tetap berhasil kami lewati. Bahkan jumlah mangrove yang kami tanam pun melebihi rencana awal.
Saat itu kami berencana menanam 500 mangrove, tetapi karena pihak pengelola pantai yang merupakan masyarakat sekitar meminta kami untuk menghabiskan sisa bibit mangrove yang tersedia, maka pada akhirnya kami berhasil menanam sekitar 700 mangrove.
Sebagai masyarakat yang tinggal di perkotaan besar, sangat jarang bagi saya untuk menjumpai pantai. Apalagi hingga melakukan penanaman mangrove di pesisir pantai. Saya sangat senang dan bersyukur dapat menjadi generasi muda yang terlibat aktif untuk memberi dampak baik bagi lingkungan dan masyarakat.
Saya percaya bahwa dengan perkembangan teknologi saat ini, semakin banyak generasi muda yang “melek” terhadap isu-isu di sekitarnya, khususnya terkait dengan isu permasalahan lingkungan.
Mungkin hingga saat ini masih banyak teman-teman generasi muda yang bingung harus mulai dari mana untuk membantu keberlanjutan kelestarian dan kesehatan lingkungan.
Nyatanya untuk mencapai tujuan yang besar, tidak harus selalu dimulai dengan hal-hal yang besar. Melainkan dapat dimulai dengan hal-hal sederhana.
Teman-teman tidak harus langsung ikut terlibat melakukan penanaman mangrove untuk menjaga lingkungan dan mengurangi emisi karbon. Tetapi banyak hal-hal sederhana yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi emisi karbon.
Hal-hal sederhana tersebut dapat dimulai dari diri sendiri, yaitu sesederhana dengan menghabiskan makanan hingga bersih tanpa sisa. Pasalnya, mengonsumsi makanan berlebih atau tidak habis, membuat sisa makanan tersebut harus dibuang dan menjadi sampah makanan yang nantinya akan menimbulkan emisi.
Jadi, jangan hanya terus mengeluh atas permasalahan lingkungan yang terjadi. Tetapi, lakukan perbuatan yang dapat membantu mengurangi permasalahan tersebut, dan berusaha untuk tidak menambah permasalahan yang ada.
Ingat, pepatah mengatakan, “Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, kita meminjamnya dari anak cucu kita, maka kembalikanlah secara utuh.” Hal ini berarti bahwa sebagai makhluk yang hidup saat ini kita wajib menjaga, melestarikan, dan memastikan kebermanfaatan lingkungan untuk generasi yang akan datang.
Harapannya, semoga ke depannya semakin banyak masyarakat khususnya generasi muda yang mau berperan aktif untuk membantu mengurangi emisi karbon sebagai bentuk kepedulian terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS