Demo dan Tunjuk Jari Memang Harus Jadi Bagian dari Usaha Zero-Waste

Hayuning Ratri Hapsari | Eunike Dewanggasani
Demo dan Tunjuk Jari Memang Harus Jadi Bagian dari Usaha Zero-Waste
Ilustrasi limbah yang dihasilkan oleh pabrik (pexels.com/@yogendras31)

Kesadaran untuk menjalani gaya hidup zero-waste adalah sebuah itikad baik. Gaya hidup ini dapat membuat orang-orang di sekitar kita lebih mawas diri terhadap jejak karbon yang diproduksi oleh manusia serta membantu mengurangi efek buruk yang ditimbulkan oleh sampah terhadap bumi.

Tapi sering kali, beban untuk menjalani kehidupan yang sustainable ini dititikberatkan pada individu dan komunitas masyarakat. Tentu hal ini tidak ada salahnya, tapi ada pula pihak yang sebetulnya perlu didesak agar ikut berkontribusi dalam usaha zero-waste. Siapa pihak yang dimaksud? Mereka adalah perusahaan-perusahaan korporasi serta pemerintah negara.

Yang berkuasa mati rasa terhadap lingkungan demi uang dan kemudahan semata

ilustrasi penebangan hutan (freepik.com/@onlyyouqj)
Ilustrasi penebangan hutan (freepik.com/@onlyyouqj)

Mengutip laporan dari Natural Resources Defence Council, terhadap 100 perusahaan energi yang bertanggung jawab terhadap 71% dari total keseluruhan emisi industri. Ini adalah laporan dalam lingkup Amerika Serikat saja.

Bayangkan jika penelitian emisi industri ini dilakukan di setiap negara, jelas akan ada ribuan perusahaan yang menjadi dalang utama terhadap terjadinya pencemaran di bumi.

Berdasarkan organisasi non-profit Zero Waste Center, di Indonesia sendiri setiap harinya terdapat 100.000 kubik meter sampah yang mengalir ke laut berkat kurangnya perhatian pemerintah terhadap manajemen limbah dan emisi.

Selain pemerintah dan korporasi besar, orang-orang dengan jabatan dan kekayaan juga kerap tutup mata terhadap kegiatan mereka yang membahayakan lingkungan.

Sebut saja Taylor Swift yang hingga saat ini masih sering dikritik akibat hobinya bepergian menggunakan jet pribadi. DGB Group menyatakan bahwa pada tahun 2022 saja, total emisi yang dihasilkan oleh Taylor Swift mencapai 8,293 ton, 1.100 kali lebih tinggi dibandingkan emisi yang dihasilkan orang-orang pada normalnya dalam jangka waktu satu tahun.

Tidak perlu mengambil contoh jauh-jauh. Melansir hasil dari laporan jurnal investigasi Narasi Newsroom, calon presiden dan wakil presiden Indonesia juga kerap menggunakan jet pribadi, bahkan untuk perjalanan jarak pendek sekali pun. 

Paslon dengan nomor urut 2 ini terbukti menjadi penyumbang emisi karbon paling tinggi di antara paslon lain, dengan total emisi CO2 sebanyak 448.000 ton.

Penyepelean lingkungan demi keuntungan material juga sudah sering terjadi. Berdasarkan Mongabay, deforestation atau penggundulan hutan demi kebutuhan ladang minyak palem di tahun 2022 telah mencapai rekor tertinggi kontribusi emisi gas dengan angka 1,240juta metrik ton.

Hal yang sama juga sedang terjadi dengan pembangunan IKN di Kalimantan. Walaupun pemerintah telah mengklaim bahwa pembangunan ini dilakukan dengan mawas lingkungan, para peneliti melalui jurnal Implications of large-scale infrastructure development for biodiversity in Indonesian Borneo yang terbit di Science Direct menyatakan bahwa pembangunan dalam skala besar di Kalimantan ini bisa menimbulkan kerusakan habitat alam dan penurunan jumlah yang signifikan terhadap biota fauna setempat.

Kita harus terus bersuara, perjuangan harus terus bergema

ilustrasi demonstrasi mengenai lingkungan (pexels.com/@markusspiske)
Ilustrasi demonstrasi mengenai lingkungan (pexels.com/@markusspiske)

Di sinilah peran kita sebagai individu dan komunitas diperlukan. Tidak hanya sekadar menerapkan dan menyebarkan pengetahuan mengenai zero-waste saja, namun juga untuk mendesak pemerintah dan badan-badan usaha yang masih abai terhadap lingkungan.

Inilah saatnya suara rakyat diperlukan agar ada check and balance dengan pemerintah. Kritik terhadap undang-undang dan peraturan yang merugikan lingkungan harus terus digalakan oleh masyarakat.

Jika dilihat baik-baik, sebetulnya Indonesia memiliki banyak sekali tugas rumah yang harus dikerjakan terkait sustainable living. Dari tulisan Ekspor Sampah Uni Eropa ke Indonesia sebagai Bentuk Eco-Imperalism yang terbit di Jurnal Transformasi Global, Indonesia masih dijajah oleh benua Eropa terkait ekspor sampah plastik yang dilakukan oleh Indonesia.

Selain ancaman dari luar negeri, ancaman dari dalam negeri pun juga membayangi. Perlindungan terhadap lingkungan dan masyarakat lokal tidak dilaksanakan dengan adil. Aktivis justru dimasukkan ke bui karena pemerintah dan korporasi anti-kritik.

Dilansir dari BBC, aktivis lingkungan bernama Daniel Frits Maurits Tangkilisan justru dijatuhkan hukuman penjara karena berusaha melindungi wilayah perairan Karimunjawa.

Tugas kita untuk menjaga bumi ini masih jauh dari sempurna. Jika kamu sudah berusaha menerapkan gaya hidup sustainable, ada baiknya kamu juga ikut bersuara.

Aksi berdemo, melayangkan kritik, dan menunjuk jari sudah selayaknya melengkapi perjuangan kita untuk menyelamatkan bumi ini. Pasalnya, kalau kita sebagai individu sudah berusaha menyelamatkan bumi, apakah memang ada dampaknya apabila pemerintah dan para korporasi tidak mau ikut berubah?

Layaknya kita semua selalu ingat, bahwa perjuangan menyelamatkan bumi akan terhenti sia-sia kala kita berhenti bersuara.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak