Dinding-dinding putih bersinar terang
Nyamannya duduk bersandarkan yang suci
Suara decitan pintu bersemayam di pikiranku
Merekat seakan tak mau lepas
Belaian lembut angin yang menambah kesejukan
Melelahkan mata yang bekerja setiap saat
Terpejam, dan membawanya ke alam mimpi
Kenyataan memang tak seindah mimpi
Namun, kadang mimpi bisa lebih buruk dari kenyataan
Atau mungkin bisa jadi sama indahnya
Berawal dengan meledaknya rasa ingin tahu
Terjun langsung pada penyebab keingintahuan tersebut
Berada di posisi hidup atau mati
Perasaan yang bergejolak ingin pindah dan pergi
Menyelimuti hati dan pikiran ini sedikit demi sedikit
Melihat kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan
Sangat sulit untuk menemukan perekat itu kembali
Menghadirkan kenyamanan lah yang menjadi titik tolak nomor satu
Mengikhlaskan kepergian merenggut nyawa karib
Bagiku....
Seperti menahan rasa sakit yang teramat perih
Berlalunya hari bagai hembusan angin yang cepat
Perekat itu akhirnya telah kutemukan kembali
Hangatnya kebersamaan memberikanku kesadaran yang lebih
Berbagi canda tawa yang mengalir begitu saja
Segudang ilmu pun tak segan dituangkan bersama
Menari di atas awan itulah yang kami rasakan
Mungkin....
Mereka di luar sana beranggapan bahwa aku terlalu berlebihan
Namun bagiku....
Ini seperti keluarga keduaku setelah di istana
Kebersamaanku direkatkan oleh keluarga keduaku ini
Karib.... kau sungguh merugi....
Mengapa kau menepi terlalu cepat tanpa pernah menyelam di dalamnya?
Kau pasti akan merasa hangat menyelam di air yang dingin
Apa? Air?
Apakah aku menyelam sungguhan?
Terbelalak kedua mata dengan rasa perih
Teman....
Kau membasahi wajahku dengan beberapa percikan air
Indahnya mimpi berhamburan merusak kepala
Senyum tipis menyeringai di bibir
Mengakhiri mimpi siang bolong di ruang kecil perekat kebersamaan