“Nduk, tuku Sego Jagung a?”, tanya ibu saya sembari menolehkan badannya ke belakang.
Hampir setiap hari, ibu dan saya berolahraga mainstream yang lagi hits saat pandemi, yaitu bersepeda. Kami berangkat di pagi hari setelah salat Subuh, tepatnya pukul 5 pagi. Kami selalu melewati rute perjalanan yang berbeda. Dan kebetulan, saat itu kami melewati warung Nasi Jagung di pinggir jalan.
Nasi jagung menjadi makanan khas Probolinggo, sebuah kota kecil di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Karena masyarakat Probolinggo menganut kebudayaan Pendalungan. Dimana, perpaduan budaya Jawa dan Madura sangat mendominasi. Maka makanan keseharian warga Probolinggo juga tidak jauh dari pengaruh etnis Jawa dan Madura.
‘Sego Jagung’, sebutan Nasi Jagung dalam Bahasa Jawa dan ‘Nasek Jegung’ dalam Bahasa Madura. Masyarakat Probolinggo menggunakan dua istilah tersebut dalam menyebut Nasi Jagung, sebab pengaruh dua kebudayaan. Namun, artinya tetap saja, tergantung keinginan menggunakan bahasa apa.
Apabila Madiun dikenal dengan Pecel-nya, warga Probolinggo lebih menyukai mengonsumsi Nasi Jagung sebagai santapan sehari-hari. Nasi Jagung terbuat dari jagung yang ditumbuk kasar dan dicampur dengan beras. Perbandingan jumlah jagungnya lebih banyak, sehingga sensasi jagung bergerombol tetapi lembut akan memanjakan lidah. Rasa manis berasal dari jagung juga akan menyeruak ketika mulai menggigit. Tapi, tenang, bukan manis seperti gula, manis disini lebih ke arah manis gurih.
Nasi melimpah dalam seporsi Nasi Jagung membuat para pecinta makan banyak akan merasa terpuaskan. Saya sering menyebut satu piring Nasi Jagung sebagai ‘porsi kuli’. Sebab dalam satu piring, biasanya penjual akan menuangkan dua centong nasi jagung.
Selanjutnya ada beragam lauk pauk yang bertengger di atas Nasi Jagung. Diantaranya sayur lodeh (biasanya labu siam atau nangka muda), urap sayur, tahu-tempe bumbu kari, tahu-tempe bumbu merah, dadar jagung, pelas tongkol/ikan belanak goreng, peyek udang/kacang, ikan asin goreng (jukok kereng), serta tentunya sambal terong. Kadangkala, penjual juga menyediakan kuah sayur kelor yang menyegarkan.
Penjual Nasi Jagung biasanya akan mengulek sambal tomat dan terasi dengan puluhan cabe dalam cobek berukuran super besar. Apabila musim mangga manalagi, sambal akan di campur potongan pencit (mangga muda). Bagi saya, melihat penjual menghaluskan sambal, ada kepuasan tersendiri, mata menjadi segar.
Perpaduan manis dari jagung, gurih dari lauk pauk, serta asam pedas dari sambal, sudah pasti mampu menggugah selera. Rasa ‘nano-nano’ atau campur-campur tetapi enak benar-benar sedap sekaligus mengenyangkan.
Saya selalu mengincar sambal terong Nasi Jagung dan meminta jumlah lebih banyak. Sebab rasa pedas dari cabai dengan gurih dari terasi udang membuat nafsu makan bertambah. Sementara itu, saya kurang menyukai ikan petek kecil kering karena rasanya terlalu asin.
Karena Kota/Kabupaten Probolinggo terletak di kawasan pesisir, dengan mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani. Maka, kami sudah terbiasa ‘makan besar’ atau makan dalam jumlah banyak. Lalu soal harga? Jangan ditanya, harganya tidak membuat kantong jebol. Sebab, seporsi Nasi Jagung biasanya dijual mulai harga 5000-an rupiah saja. Murah sekali, bukan?
Nasi Jagung biasanya dihidangkan di atas piring beling atau rotan dengan alas daun pisang. Apabila ingin membawa pulang ke rumah, Nasi Jagung biasanya dibungkus menggunakan kertas nasi dililit karet.
Nasi Jagung mudah dijumpai di pasar-pasar tradisional di pagi hari, mulai pukul 05:00 WIB. Sehingga Nasi Jagung identik menjadi menu sarapan khas warga Probolinggo. Terkadang, Nasi Jagung juga disajikan pada acara pengajian atau tahlilan di malam hari.
Namun, jangan khawatir, apabila ingin menyantap Nasi Jagung tengah malam juga bisa. Ada warung Nasi Jagung legendaris, yaitu Nasi Jagung Merpati Probolinggo. Warung ini telah berdiri sejak tahun 1982 dan mampu melayani pelanggan selama 24 jam. Warung Nasi Jagung Merpati Probolinggo bisa dihampiri di Jalan Sunan Kalijogo, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo.
Tertarik mencoba Nasi Jagung, kuliner enak nan mengenyangkan khas Probolinggo?