Film Ave Maryam berhasil mengajak penonton untuk menyaksikan bagaimana beratnya seorang yang membawa janji kaul religius. Film ini menceritakan manis pahitnya kehidupan seorang biarawati Gereja Katolik yang dihadapkan oleh dua pilihan yang pahit, yakni memilih untuk tetap teguh di jalannya dan menjadi mempelai Kristus, atau memilih melepaskan kaulnya dan menjalani kasih dengan manusia. Sehingga, film indie garapan sineas dalam negeri ini merupakan film yang langka dalam jagat sinema Indonesia.
Bermula dari keresahan terhadap perfilman Indonesia
Film Ave Maryam merupakan garapan sineas Indonesia yakni Ertanto Robby Soediskam dan dibintangi oleh beberapa wajah yang tidak asing dalam sinema Indonesia yaitu para aktor dan aktris seperti Maudy Koesnaedi, Chicco Jerikho, dan Joko Anwar. Film ini muncul dari keresahan Ertanto terhadap film-film Indonesia terutama yang mengambil genre romansa, yang mayoritas membawa sudut pandang kehidupan para tokoh Muslim. Melalui wawancara yang dilakukan oleh Medcom (14/4/2019), Ertanto menjelaskan keinginannya untuk membawakan sudut pandang kehidupan cinta dan kasih dalam perspektif penganut Katolik.
Film ini mendapatkan berbagai penghargaan, dan berhasil ditayangkan di Hanoi International Film Festival dan Festival Film Asia Jogja-NETPAC.
Menceritakan dilema yang dialami oleh Maryam, seorang biarawati
Ave Maryam sejatinya adalah sebuah puisi yang disajikan dalam bentuk film. Film ini menceritakan kehidupan Maryam, seorang biarawati Gereja Katolik yang suatu saat bertemu dengan seorang Romo nan rupawan, berbakat, dan berkarisma bernama Yosef. Keduanya saling berbagi perasaan, dan Maryam akhirnya dihadapkan kepada pilihan yang sulit, yakni tetap teguh pada janjinya, atau melepasnya dan mencintai Yosef. Hal tersebut dikarenakan kaul yang diambil oleh seorang biarawati Gereja Katolik tidak memperbolehkan mereka untuk menjalin hubungan romantis, atau larangan untuk menikah.
Pergulatan tersebut harus dialami oleh Maryam dan Yosef. Keduanya harus memilih pilihan yang sulit. Sehingga tidak salah ketika Yosef berusaha mengambil hati Maryam dengan mengajaknya "mencari hujan di musim kemarau."
Tema dan pesan kemanusiaan yang sangat kental
Meskipun mengusung sudut pandang kehidupan para anggota religius Katolik, film Indonesia ini memuat tema dan nilai kemanusiaan yang universal. Ave Maryam memuat nilai cinta dan kasih dan pergulatan yang sulit dan tentunya dapat dialami oleh manusia terlepas apa yang ia percayai. Dialog di film ini tidak "boros" karena kalimat-kalimat di dalam tiap adegan singkat, tetapi mengena. Salah satu yang paling memberikan kesan bagi penontonnya adalah kalimat "Aku mengerti betul perasaanmu. Menetapi kaul, atau mengikuti pada apa yang tak terlihat. Jika surga belum pasti untukku, mengapa aku harus mengurusi nerakamu?" yang hadir di akhir film.
Film ini sangat penulis rekomendasikan untuk ditonton, terutama bagi pembaca yang tertarik kepada film-film indie dalam negeri. Film ini sangat simbolis dan mengandung pesan yang mendalam, sehingga cocok bagi pembaca yang berjiwa puitis. Film ini dapat ditonton secara legal melalui situs streaming Netflix. Selamat menonton dan semoga dapat menemukan hujan di musim kemarau.