Persoalan kerugian pasca panen yang dialami petani, peternak, dan nelayan menjadi tantangan dan ancaman di berbagai penjuru dunia. Hasil panen yang berlebihan dapat memicu permasalahan sampah makanan yang semakin menggunung hingga petani mogok atau berdemo. Di sisi lain, hal tersebut juga menantang pengendalian harga penjualan produk, bahkan upaya diversifikasi produk makanan dan minuman.
Kondisi itu pulalah yang mendorong Baek Jong Won menggawangi variety show Delicious Rendezvous. Baek Jong Won diketahui sebagai seorang juru masak, peneliti makanan, dan pengusaha boga yang sering wara-wiri di pelbagai acara masak-memasak di TV Korea Selatan.
Berikut 4 hal ini dapat membuatmu menonton Delicious Rendezvous:
1. Totalitas para pemain berperan sebagai "Penyelamat Panen"
Acara ragam ini memiliki durasi 1 jam lebih dan berjumlah 90 episode. Chef Baek tidak sendirian, ia ditemani "Para Penyelamat Panen" seperti Kim Hee Chul “Super Junior”, Yang Se Hyeong, Kim Dong Jun, dan Yoo Byung Jae untuk di Musim I, serta Choi Ye Bin, Coi Won Young, dan Kwak Dong Yeon di Musim II.
Variety show ini berupaya membantu para petani, peternak, dan nelayan. Konsep acara tersebut juga dimaksudkan untuk mengatasi segala kerugian panen atau hasil tangkapan nelayan yang berakibat pula pada merosotnya harga jual hasil panen tersebut.
Sebagaimana di episode 25, Pak Baek dan para penyelamat panen membantu petani lobak putih di Yongin. Mereka menderita kerugian akibat sekolah ditutup akibat COVID-19, sehingga lobak putih sebagai bahan yang banyak dipakai untuk makanan di sekolah maupun militer tidak bisa dipanen, menumpuk, bahkan dibuang dan dihancurkan.
Variasi sop lobak daging yang diperagakan Pak Baek dibantu oleh Hee Chul, sungguh menggoda indera perasa kita. Belum lagi, ekspresi ekspresi para pemain lainnya saat menyicipi sop itu. "Ah, begitu menyegarkan. Seperti meleleh di mulutku", ujar Se Hyeong, sang murid kesayangan Baek Jong Won.
2. Berkreasi dengan produk panen melalui diversifikasi pangan
Variety show ini juga melakukan promosi pangan yang jarang dibeli orang seperti contohnya jamur enoki cokelat yang ditampilkan pada episode 49. Para penyelamat panen mendapatkan sepucuk surat dari petani jamur enoki cokelat. Mereka kesulitan menjualnya dan membuang puluhan ton hasil panen jamur itu.
Salah satu segmen dari episode 49 memperlihatkan kompetisi kreativitas makanan dari bahan jamur enoki cokelat yang memperebutkan hadiah pisau Baekcalibur dari Baek Jong Won. Dua kelompok kompetisi makanan tersebut yaitu antara grup Byung Jae dan Arin dengan menu Ssam Camilan Jamur Enoki, sedangkan Se Hyeong dan Dong Jun berkreasi membuat pangsit dengan isian jamur enoki cokelat. Menarik sekali bukan hasil kreasi jamur itu dan nampak sangat lezat.
3. Atasi kerugian panen akibat COVID-19, penjualan online menjadi alternatif solusi
Menghadapi kerugian penjualan karena COVID-19, Pak Baek dkk juga melakukan aksi dengan berpromosi penjualan besar-besaran, baik melalui media sosial (medsos) maupun perusahaan pangan. Dengan siaran langsung melalui medsos "Delicious Rendezvous", berbagai jenis bahan pangan mereka berhasil menjualnya seperti wortel, ham/daging babi Korea, dll. Demikian pula, bala bantuan dari "Paman Kaki Panjang" untuk membantu penjualan secara lebih luas lagi dari perusahaan pangan, retail, asosiasi pangan, koperasi, dll.
Masih dari episode 49 untuk penjualan online jamur enoki cokelat, betapa menggiurkan tumisan jamur dan sosis dengan saus mala yang didemonstrasikan cara memasaknya secara live. Dari penjualan live streaming itu, beberapa warganet juga menanyakan bagaimana menyimpan jamur enoki agar awet. "Kalian bisa menyimpannya di dalam wadah tertutup. Jamur enoki cokelat bisa bertahan selama 1 pekan," jelas Pak Baek.
4. Hargai jerih payah petani, peternak, dan nelayan
Dari acara ragam "Delicious Rendezvous", kita juga disuguhkan beratnya pekerjaan petani, peternak, dan nelayan. Proses penanaman hingga masa panen berminggu-minggu hingga bulan-bulan lama, para pekerja keras itu berupaya sebaik mungkin menyediakan bahan pangan yang terbaik untuk masyarakat. Para petani, peternak, dan nelayan semakin merana dengan kondisi COVID-19 sehingga hasil panen sulit dijual.
Alhasil, sebagian besar hasil panen harus dihancurkan seperti yang ditunjukkan di beberapa episode. Seperti yang tergambar pada episode 63, ketika sawi putih dari daerah Haenam dilumatkan dengan traktor. Hasil yang melimpah, biaya produksi yang tinggi, namun harga jualnya begitu murah, memaksa para petani membajak panen sawi putih itu.
Miris bukan kita melihatnya. Oleh karena itu, dari acara ragam ini, kita bisa memetik pelajaran penting bahwa dengan menghabiskan makanan yang sudah terhidang, tidak menyia-nyiakannya, merupakan salah satu upaya menghargai jerih payah petani, peternak, dan nelayan. Sekaligus, mengurangi sampah makanan yang kian waktu kian menggunung dan mengancam ekologi.