Kamu punya teman yang toxic atau sering merasa tertekan di circle pertemananmu? Kalau iya, tenang bukan hanya kamu kok yang mengalaminya, banyak diluar sana yang juga mengeluh akan hal itu.
Peers-pressure istilahnya, ketika kamu merasa tertekan oleh standar atau aturan yang dibuat agar diterima dalam pertemanan sebaya.
Padahal kamu sudah berniat semangat berangkat sekolah atau kuliah, siap menimba ilmu dan menyimak baik-baik apa yang dijelaskan oleh guru atau dosen. Nah, hanya karena peers-pressure kamu jadi malas berangkat akhirnya malah jadi membolos.
Terkadang dari peers-pressure ini para orang tua juga terkena imbasnya. Contoh kecilnya, ketika orang tua merelakan diri berangkat bekerja dengan motoran atau angkutan umum, sedangkan kamu memakai mobil untuk berangkat ke sekolah.
Karena dengan begitu, kamu baru bisa diterima oleh lingkaran pertemanan dan lingkungan sekolahmu. Atau ketika kamu harus punya ponsel terhebat baru bisa diterima oleh sekelasmu. Ini sih sudah tidak sehat lagi, lingkungan yang negatif.
Berikut 3 poin yang perlu diperhatikan mengenai peers-pressure yang dialami remaja :
- Ada Dua Sisi Peers-pressure, Positif dan Negatif
Sebenarnya, peers-pressure memiliki sisi positif dan sisi negatif. Ketika kamu diajak teman untuk aktif dalam pelajaran, berprestasi, menjauhi merokok atau narkoba, dan lainnya yang memberi dampak positif secara fisik maupun mental, hal itulah contoh bentuk peers-pressure yang positif.
Begitupun sebaliknya, ketika standar pertemanan membuatmu buruk secara mental maupun fisik, hal itulah bentuk dari eers-pressure yang negatif, contohnya seperti yang sudah disebutkan di awal.
Konsep pressure yang negatif biasanya disebabkan oleh keegoisan, teman-temanmu seperti memanfaatkanmu atau membuatmu mengubah diri seperti apa yang mereka mau. Dampaknya kamu jadi merasa stres dan depresi, bahkan kalau sudah terlalu berat kamu bisa melakukan self-harm (menyakiti diri sendiri) atau jadi punya pikiran untuk bunuh diri.
- Kata Psikolog Tentang Peers-pressure
Remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebaya, karena merasa lebih bisa diterima dan dapat mengekspresikan diri.
Kan ada keluarga yang lebih dekat dan lebih bisa menerima semua kekurangan kita? Memang benar, tetapi tidak setiap jamnya, setiap harinya, dalam satu minggu, satu bulan kamu terus bersama keluargamu kan, ada kalanya pasti kamu keluar berbaur dengan teman-teman, apalagi kalau kamu masih sekolah.
Eunike Karina, seorang Psikolog Pendidikan pernah mengatakan,
"Fase remaja itu fase yang penting untuk mengembangkan kebiasaan dan keterampilan sosial-emosional guna menjaga kesehatan mental. Contohnya kebiasaan tersebut misalnya menjaga pola tidur yang sehat, menjaga stamina tubuh dengan olahraga rutin, mengelola emosi dalam menghadapi masalah, dan belajar keterampilan interpersonal"
Orang-orang di masa remaja itu biasanya mulai menaruh perhatian yang besar pada body image mereka (body image adalah persepsi mengenai penampilan fisik). Kebanyakan remaja dengan body image yang negatif punya resiko lebih tinggi mengalami kesehatan mental atau stres. Banyak faktor yang mempengaruhinya dan salah satunya ya karena Peers-pressure ini.
- Tips Menghadapi Peers-Pressure
Oleh karena itu, cobalah untuk mempertimbangkan hal-hal berikut ini, barangkali bisa membantumu menghadapi Peers-presure negatif yang membuatmu malas menjalani hidup sehari-hari:
- Hindari atau "coba abaikan" kritikan teman-teman yang menyuruhmu mengubah image seperti bukan diri kamu. Jelaskan kepada mereka sebagaimana kamu ingin tampil dengan nyaman tanpa tekanan, jangan biarkan mereka mengendalikan atau memanfaatkanmu.
- Cobalah lebih berani untuk "speak up", jangan takut untuk memberi tahu orang tua, guru, atau teman yang bisa dipercaya. Mereka mungkin bisa membantu, memberi saran atau solusi dari masalah dan tekanan batin kamu.
- Cobalah untuk mengeksplorasi dan "mendapatkan teman baru". Syukur-syukur kalau kamu menemukan circle yang positif. Kalau tidak, kamu bisa mulai menetapkan batasan dan sedikit menghindari karena kamu tidak bisa langsung memutuskan pertemanan begitu saja.
Tak dapat dipungkiri, Peers-pressure yang dialami oleh banyak remaja bisa menyebabkan masalah yang cukup serius jika dibiarkan. Masa remaja itu masa mencari jati diri, perlunya pendampingan dan pengarahan dari orang dewasa, baik orang tua di rumah maupun guru di sekolah untuk menjaga kesehatan mental para remaja.
Kesehatan mental yang baik mampu menciptakan pandangan yang positif untuk diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, mulailah menjadi diri sendiri dan puas dengan apa yang kamu miliki, jangan mudah terhasut oleh nasihat teman yang malah membuatmu tertekan.