Judul Buku : The Untold Islamic History
Penulis : Edgar Hamas
Penerbit : Generasi Shalahuddin Berilmu
Terbit : April 2021/ cetakan ke-1
Jumlah halaman : 250 halaman
“Jika kamu ingin benar-benar memahami hari ini, maka bacalah masa lalu. Semua yang kamu lihat detik ini berhubungan erat dengan apa yang telah terjadi berabad-abad lalu. Tidak ada yang bisa terjadi begitu saja dengan keisengan. Semuanya memiliki sebab dan alasannya. Maka, yuk, kita tadabburi sejarah.” (hlm 231)
Ajakan untuk membaca sejarah Islam pada kutipan di atas serupa korek api. Ia sebagai pemantik. Nyala korek api pada tumpukan kayu bakar bisa menebar kehangatan dan menerangi alam sekitarnya saat malam. Cahayanya tidak akan terputus selama pasokan kayu bakarnya terjaga.
“Buku ini tidak akan mengabarkan padamu semua sejarah yang terhapus di lembar-lembar bukumu. Aku hanya ingin memberi kail padamu agar kamu bisa menjelajah sendiri di kemudian hari, membuktikan lebih banyak lagi keajaiban-keajaiban sejarah Islam.. “ (hlm. 8)
Maka demikianlah. Buku ini bisa menjadi pemantik agar kita dengan senang hati membaca sejarah panjang peradaban Islam. Keingintahuan dan kepedulian kita, sedikit banyak bisa memantik muslim lainnya agar semakin bangga dengan keislamannya. Agar kita tahu bahwa tegaknya peradaban Barat saat ini dibangun oleh puing-puing reruntuhan kejayaan peradaban Islam selama 13 abad.
Bayangkan saja, selama 13 abad atau setara 1.300 tahun dunia sejahtera di bawah naungan Islam. Tepatnya sejak Rasulullah saw hijrah ke Madinah sampai Turki Utsmaniyyah runtuh pada tahun 1924 M. Berbagai ilmu pengetahuan, produk, dan teknologi masa kini, peletak pondasinya, sebagiannya adalah para ilmuwan muslim. Dua di antaranya adalah Avicenna dan Maryam Al Asturlabi. Avicenna atau Ibnu Sina adalah peletak dasar ilmu kedokteran modern. Masyam Al Asturlabi adalah ilmuwan muslimah peletak teknologi GPS. Maryam Al Asturlabi adalah penemu astrolab, yaitu alat untuk menentukan posisi matahari dan planet.
Memang. Beratnya beban hidup dan terdistraksinya arah langkah kita selama ini membuat lupa pada pertanyaan-pertanyaan kecil, tetapi ternyata sangat penting. Pertanyaan itu semisal, apa yang terjadi di dunia sebelum diutusnya Nabi Muhammad? Siapa raja yang paling berkuasa saat itu? Bagaimana kepemimpinannya? Mengapa Allah pilih jazirah Arab sebagai tempat lahirnya Nabi Muhammad saw. nabi akhir zaman? Adakah rahasia tersimpan di sana? Apakah hikmahnya?
Sementara pertanyaan yang agak mendalam, mengapa kita diciptakan? Apa konsekuensi di balik penciptaan kita? Mengapa perempuan disyariatkan berjilbab dan berkerudung, tidakkah ini mengekang kebebasannya? Masyaa Allah, semua diulas dengan bahasa ringan di dalam buku dengan kertas art paper ini. Foto dan ilustrasi berwarna menjadikan buku setebal 250 halaman ini semakin betah untuk dilalap habis.
Thariq tidak pernah membakar kapalnya
Ah, tidak itu saja. Sebagaimana judulnya tentang sejarah Islam yang tidak terungkap, kita terutama saya beberapa kali terhenyak. Kata Oh, Ya Allah, Masyaa Allah, luar biasa silih berganti mengiringi sepanjang membaca buku ini. Salah satu contoh bab yang membuat saya ber-oh ria dan harus merevisi seluruh pengetahuan yang saya miliki tentang peristiwa ini adalah bab berjudul Thariq Tidak Pernah Membakar Kapalnya.
Kisah yang sampai pada saya, saat akan membebaskan Spanyol, Thariq bin Ziyad membakar seluruh kapal-kapalnya. Tujuannya agar pasukannya tidak kembali pulang menyeberangi Selat Gibraltar kembali ke Afrika. Mereka dihadapkan pada satu pilihan, yaitu berhasil membebaskan Spanyol. Kalaupun syahid, itu bagian dari ajal. Bukankah tugas manusia adalah mengoptimalkan perjuangan. Tentang hasil, semua adalah urusan Allah azza wa jalla. Saya menerima saja informasi itu.
Nah, dibuku ini dikuak fakta bahwa Thariq tidak pernah membakar kapal-kapal yang mengangkut pasukan dan logistiknya. Kemenangan pasukan Islam di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad didapat dengan keteguhan iman, ketinggian cita-cita, dan keikhlasan tiada tara. Jumlah pasukannya yang sedikit tidak gentar menghadapi tentara-tentara musuh. Thariq bin Ziyad sebagai komandan pasukan percaya sepenuhnya dengan kualitas pasukannya baik secara skill berperang maupun kekuatan spiritualnya. Dan hasilnya, Thariq bersama pasukannya berhasil membebaskan Spanyol dari penghambaan pada manusia.
Bilakah masa Keemasan itu kembali
Decak kagum pada kehebatan generasi emas Islam membuat saya merindukan keberadaan mereka. Terbetik di benak, akankah ada generasi segemilang mereka di masa depan? Atau pertanyaan tentang bagaimana mencetak generasi segemilang mereka? Meski seolah jawabannya di luar pembahasan buku ini, kalau dibaca-baca lagi, diresapi mendalam ternyata tidak juga. Jawabannya tersirat di keseluruhan isi buku, yaitu jika dan hanya jika generasi muslim saat ini dibina dengan Islam kaffah.
Akhirnya, buku ini sekali lagi sebagai pemantik. Agar semangat kita terus menyala, maka harus terus di-charge dengan tsaqafah Islam lainnya. Lalu bagaimana kalau setelah membaca buku ini kita tertarik membaca sejarah Islam lainnya. Dari manakah memulainya? Mulailah dengan membaca Sirah Nabawiyah, setelah itu membaca sirah sahabat. Niscaya kekaguman dan pembelaan kita pada Islam akan semakin meningkat.