Tema peringatan Hari Bumi 2024 adalah Planet versus Plastik. Tema ini berisi seruan terbuka kepada seluruh elemen masyarakat agar peduli sampah plastik. Tidak itu saja, tema ini juga berisi ajakan untuk segera mengakhiri penggunaan plastik demi keberlangsungan seluruh makhluk hidup di Bumi.
Plastik kini menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Ancaman sampah plastik sama mengkhawatirkannya dengan perubahan iklim.
Saat plastik terurai menjadi mikro plastik, ia melepaskan bahan kimia beracun ke dalam tanah, air, dan udara. Bukan tidak mungkin bila makanan yang kita konsumsi, air yang masuk ke dalam kerongkongan, dan udara yang kita hirup telah tercemari oleh mikro plastik ini.
Nah, salah satu lembaga yang turut menyambut seruan untuk peduli sampah plastik ini adalah SMP Negeri 1 Taman Krocok.
Keberadaannya yang jauh di pelosok Bondowoso, dikelilingi areal persawahan dan pegunungan yang hijau nan asri, membuat guru dan siswa tergerak untuk melindunginya dari sampah plastik. Jangan sampai keasrian lingkungan ini rusak gara-gara sampah yang tidak bisa diurai oleh mikroorganisme tanah.
Langkah kecil yang dilakukan oleh sekolah adalah menyediakan tong sampah di setiap kelas, ruangan, dan pojok-pojok taman. Seluruh warga sekolah dibiasakan untuk memasukkan sampah ke dalam tempatnya sesuai jenisnya.
Sampah organik, seperti dedaunan, reranting kecil, sisa makanan, dan kulit buah-buahan harus dimasukkan ke dalam tong sampah berwarna hijau.
Adapun tong sampah berwarna kuning ngejreng dikhususkan menampung sampah-sampah anorganik, semisal botol dan gelas minuman kemasan, bungkus makanan ringan, atau pun selongsong bolpoin. Pemilahan ini akan memudahkan proses pemanfaatan sampah di tahap berikutnya.
Ecobrick Day
Dari sekian alternatif pengolahan sampah anorganik, pembuatan ecobrick merupakan kegiatan yang paling menarik minat siswa. Istilahnya saja terdengar keren, ecobrick, padahal kegiatan ini tidak lain berupa pembuatan bata berbahan limbah plastik.
Guru pun mengagendakannya dalam kegiatan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kegiatan bertajuk Ecobrick Day ini diikuti oleh siswa kelas 7 dan 8.
Ecobrick dipilih karena cara membuatnya sangat mudah, tidak perlu mengeluarkan biaya sepeser pun, dan efektif mengurangi sampah plastik. Siswa tidak perlu kesulitan mencari bahan baku sebab sampah anorganiknya telah dipilah sejak awal.
Selain itu, kegiatan membuat ecobrick ini dapat menumbuhkan semangat kerja sama, kekompakan tim, dan sikap bertanggung jawab baik dalam menyelesaikan proyek P5 maupun menjaga kelestarian lingkungan.
Setiap kelas dibagi ke dalam kelompok-kelompok dengan anggota masing-masing 4-5 siswa. Setiap kelompok diberi tugas mengumpulkan 3 ecobrick dari botol kemasan air berukuran 1 liter.
Selama ecobrick day, guru mendampingi setiap kelompok. Di akhir kegiatan, setiap kelompok mempresentasikan laporan pembuatan ecobrick dan manfaatnya.
Apakah setiap kelompok berhasil mengumpulkan sesuai target, yaitu 3 ecobrick? Jawabannya adalah tidak. Keterbatasan waktu pelaksanaan adalah satu penyebabnya.
Namun, tak apa. Mereka telah berproses, bukan sebatas berteori bahwa keberlangsungan Bumi dengan seluruh makhluk hidup di atasnya harus dijaga dan dilestarikan.
Kesadaran bahwa masa depan Bumi ada di tangan-tangan mereka merupakan hal yang luar biasa. Demikian pula dengan kesadaran bahwa setiap keputusan kecil seperti membuang sampah sembarangan akan berdampak serius di masa mendatang.
Ecobrick Day hanyalah langkah kecil dari sebuah sekolah terpencil di suatu sudut Pulau Jawa. Namun demikian, semangatnya untuk turut serta menyelamatkan Bumi meraja.
Di pundak para gurunya terdapat tanggung jawab membersamai siswa menjalani pola hidup bersih dan sehat. Harapannya, pola hidup ini bukan sekadar budaya sesaat, tetapi menjadi jiwa yang akan terus dibawa hingga mati dan diwariskan pada anak cucu. Tidak afdal bila tidak menjalani hidup bersih dan sehat sebab kita dan Bumi harus sama-sama selamat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS