Wanita yang Mengalahkan Setan merupakan buku yang mengulas empat cerpen karya Taufiq al Hakim, pengarang besar Mesir, beserta analisis ketokohan setan dalam cerpen-cerpen tersebut.
Buku ini berangkat dari skripsi Helvy Tiana Rosa, berjudul Tokoh dan Penokohan Setan dalam Cerpen-Cerpen Taufiq al Hakim. Kemudian diubah menjadi buku atas permintaan Tamboer Press (2002).
Dalam cerpen Martir yang ditulis tahun 1938, Taufiq al Hakim mengangkat isu yang menarik sekaligus mengerikan, yakni setan hendak bertobat dan menganut salah satu agama samawi. Maka bertandanglah dia menemui Paus di Vatikan.
"Paus menatap tajam tamunya itu, ketika ia tegak berdiri di hadapannya dalam wujud seorang lelaki dan suaranya bergetar ketika berseru, 'Engkau?'
'Ya, ini aku.'
'Apa yang kau minta dariku?'
'Kedamaian iman.'
'Apa katamu, kau makhluk terkutuk?' Paus mengatakan ini dengan suara berbisik, tenggelam dalam kebingungan. Tetapi sebaliknya, suara tamunya lantang bernada kebenaran dan kejujuran." (halaman 12).
Paus Vatikan menolak pertobatan setan. Setan pun pergi menemui rabi Yahudi. Penolakan serupa kembali dia terima. Dia pun menjumpai Grand Syeikh Al Azhar. Sekali lagi, penolakan diterimanya hingga dia bersua Jibril.
"'Izinkan aku sekadar mencicipi rasa kebaikan ...'
'Kebaikan adalah terlarang bagimu. Kau tak boleh mendekatinya.'
'Apakah tak ada belas kasihan atau pengampunan?'
'Tata tertib penciptaan tak akan dikacaukan oleh belas kasihan dan pengampunan.'" (halaman 20).
Dalam cerpen tersebut, setan si antagonis berubah menjadi protagonis yang menarik belas kasihan pembaca. Dalam cerpen tergambar pula bagaimana keuletan perjuangan setan untuk meraih pintu pertobatan, namun kemudian justru berakhir tragis karena penolakan pihak-pihak yang 'idealnya' bersifat penolong.
Lewat cerpen ini dan cerpen-cerpen lain, Taufiq al Hakim coba mengguncang pemahaman masyarakat muslim yang telah mapan. Satu upaya sadar yang terlalu berani dan penuh risiko. Namun terus ditempuhnya.
Dalam tiga cerpen lain, yakni Sumpah Setan, Pada Bar Kehidupan, dan Wanita yang Mengalahkan Setan (ketiganya dianggit tahun 1938), tampak watak setan sebagaimana stereotype: tamak, bengis, penggoda, sekaligus tepat janji (dalam hal kejahatan).
Namun semua tokoh setan yang dimunculkan, merupakan ejekan terhadap kehidupan dan cermin pemberontakan pribadi Taufiq al Hakim kepada nilai-nilai relijius yang dianut masyarakat Mesir.
Dengan demikian, cerpen-cerpen Taufiq al Hakim berbahaya karena menyerang pemikiran pembaca, menyerang prinsip agama. Apabila pembaca tidak cermat dan tidak mampu bersikap kritis, bukan tidak mungkin bakal terpengaruh pemikiran Taufiq al Hakim.