Tentang Seekor Kupu-Kupu dan Kenangan Masa Lalu yang Kelam

Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy Yuswanto
Tentang Seekor Kupu-Kupu dan Kenangan Masa Lalu yang Kelam
Buku "Satu Hari yang Ingin Kuingat" (Dokumen Pribadi/Sam Edy)

Yetti A.KA adalah salah satu penulis perempuan di negeri ini yang dikenal produktif berkarya. Cerpen-cerpennya banyak tersiar di berbagai media massa, mulai lokal hingga nasional, seperti Lampung Post, Jawa Pos, Media Indonesia hingga Kompas.

Buku berjudul Satu Hari yang Ingin Kuingat ini merupakan salah satu karya Yetti yang memuat 13 cerpen yang sudah pernah tersiar di berbagai media massa lokal hingga nasional sebagaimana telah saya sebutkan di awal.

Dari 13 cerpen tersebut, ada dua buah cerpen dengan judul berbeda tapi masih berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain cerpen kedua merupakan lanjutan dari cerpen yang pertama.

Kedua cerpen yang saya maksud yakni Kupu-Kupu Tanalia dan Seekor Kupu-Kupu dalam Kebun Bunga Tanalia. Cerpen pertama pernah dimuat Lampung Post (1/6/2014), dan cerpen kedua dimuat Jawa Pos (6/7/2014). 

Kedua cerpen tersebut berkisah tentang Tanalia, gadis kecil yang malang, yang terlahir tanpa ayah di sisinya. Tanalia adalah gadis yang menyukai kupu-kupu. Sayangnya, Masya, ibu kandungnya, adalah orang yang membenci binatang bersayap rapuh itu. 

Tentu saja Tanalia tak tahu jika Masya pernah memiliki masa lalu yang sangat kelam yang menjadikannya membenci kupu-kupu.

Jadi ceritanya, Masya pernah punya pacar yang begitu menyukai kupu-kupu. Sayangnya, pacarnya hilang ditelan kegelapan, sementara kondisi dirinya sudah dalam kondisi mengandung.

Berikut ini petikan dua paragraf cerpen Kupu-Kupu Tanalia yang dirangkai dengan bahasa yang mengalir dan memikat:

Tanalia menatap dinding kamarnya. Di sana tergantung satu lukisan. Ia sendiri yang melukis saat umurnya enam tahun. Lukisan seekor kupu-kupu dengan salah satu sayap yang robek. Sekarang ia tidak pernah melukis lagi. Masya melarangnya melukis kupu-kupu dan ia tidak berminat melukis objek lain.

Kenapa Masya melarang ia melukis kupu-kupu? Kata Masya, seekor kupu-kupu besar pernah hinggap di lengannya—kupu-kupu besar yang keluar dari hutan. Ketika terbang, kupu-kupu itu meninggalkan serbuk yang beterbangan dan membuat batuk. Sejak itu Masya menganggap kupu-kupu binatang yang buruk

Sayangnya, akhir kisah Tanalia berakhir begitu tragis. Ketika Tanalia tiba-tiba menjelma menjadi seekor kupu-kupu dan sedang belajar terbang, ibunya datang dan tak mengetahui kalau kupu-kupu tersebut adalah jelmaan putri semata wayangnya. Yang dilakukan Masya kemudian adalah berlari ke dapur, mengambil sapu untuk digunakan memukul hewan rapuh yang ia benci itu.

Kisah Tanalia dan Masya meninggalkan pesan penting bagi kita, agar berusaha menjaga pergaulan dan kehormatan diri. Tidak melakukan hubungan terlarang sebelum menikah adalah hal yang mestinya selalu diupayakan, agar di kemudian hari tak merasakan penyesalan yang tak berkesudahan. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak