Saya begitu penasaran dengan novel Lelaki Terindah karya Andrei Aksana setelah sebuah Koran nasional memuat ulasannya di kolom akhir pekan. Dalam sebuah pameran buku di acara bazar sekolah, sekitar 2005, saya langsung meminang novel tersebut, meskipun harganya lumayan mahal untuk ukuran kantong pelajar.
Dari ulasan tersebut, saya masih ingat rangkuman kisah dalam novel dengan sampul potongan badan lelaki seksi. Dalam novel itu diceritakan bahwa seorang lelaki bernama Rafky hendak berlibur ke Bangkok. Di dalam pesawat, Rafky bertemu dengan seorang lelaki bernama Valent yang ternyata juga hendak berlibur di kota yang sama.
Persahabatan di antara keduanya pun terjalin. Valent menawari Rafky untuk tinggal satu hotel. Alasannya, biar hemat budget. Biaya liburan bisa dihemat dengan patungan tempat tinggal.
Awalnya Rafky ragu menerima tawaran tersebut. Namun, karena itu pengalaman pertama Rafky ke Bangkok, sementara Valent sudah kesekian kalinya, maka tak ada alasan Rafky untuk menolak tawaran orang baik tersebut.
Kebersamaan mereka berdua yang begitu akrab ternyata menghadirkan “masalah” yang begitu mengguncang perasaan keduanya. Rafky digambarkan sebagai lelaki perkasa yang sebentar lagi akan menikah dengan pacarnya. Begitu juga Valent. Dia juga punya pacar di Jakarta dan akan menikah setelah pulang dari liburan.
Singkat kisah Rafky dan Valent jatuh cinta. Rafky merasa dekat dan kasihan dengan Valent karena ternyata Valent mengidap diabetes. Ia pernah pingsan saat Rafky mengajaknya olah raga. Sementara Valent tidak bisa meniru gaya atau cara Rafky menggerakkan tubuhnya saat olah raga. Valent kecapaian dan tepar.
Cinta memang anugerah. Tetapi, jika cinta tidak memandang jenis kelamin, apakah itu disebut lumrah? Dalam tradisi Timur seperti Indonesia, hubungan sesama jenis akan menimbulkan perselisihan. Tak ada orangtua yang merestui anaknya mencintai seorang lelaki atau sesama jenis.
Konflik inilah yang mengepung tokoh Rafky dan Valent dalam novel Lelaki Terindah. Saat kembali ke Jakarta, ternyata keduanya masih saling berhubungan. Di belakang pacar mereka, keduanya berpura-pura sebagai teman dekat. Sehingga, mereka pun biasa berkencan bersama saat akhir pekan.
Namun, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Rahasia mereka berdua terkuak. Konflik semakin tajam dan meruncing setelah pacar Rafky tahu bahwa pacarnya sudah berselingkuh. Dengan seorang lelaki. Sesama jenis!
Novel ini akan membuka pikiran pembaca bahwa, meskipun kisah dalam novel ini fiktif belaka, tetapi tidak tertutup kemungkinan, suatu saat kita akan menemui atau pernah bertemu dengan seseorang yang kisah hidupnya mirip dengan kisah Rafky dan Valent. Tinggal bagaimana kita bisa bersikap. Apakah akan menghargai perbedaan atau menghakiminya tanpa ampun dengan dalih norma dan agama yang tak pernah menerima cinta terlarang tersebut.