Kiat Menulis dalam Buku "Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi"

Ayu Nabila | Sam Edy Yuswanto
Kiat Menulis dalam Buku "Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi"
Buku "Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi" (DocPribadi/ Sam Edy)

Buku tentang kiat-kiat menulis fiksi dan nonfiksi ini menarik dijadikan sebagai buku panduan bagi Anda yang berminat menjadi seorang penulis atau pengarang. Menulis, sebagaimana kita ketahui bersama, adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari oleh setiap orang.

Dalam buku Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi ini, Zamakh Syarifani menuturkan, hampir setiap orang ingin menjadi penulis, terlepas dari motivasi apa yang menjadi latar belakang keinginan mereka untuk menjadi penulis. 

Menurut Zamakh Syarifani, untuk bisa menulis dengan baik, kita tentu saja harus berlatih rutin. Namun, Zamakh Syarifani menyarankan supaya berlatih seperti permain badminton. Pada waktu-waktu tertentu Anda, mungkin hanya berlatih untuk membuat metafora, sampai Anda menemukan kekuatan metafora dalam tulisan Anda. Temukan juga metafora-metafora yang ditulis secara memikat oleh penulis-penulis lain. Pemain badminton juga memiliki waktu tersendiri untuk berlatih smes. Ia juga rajin mengamati dan mempelajari cara pemain lain menghunjamkan smes.

Pada lain hari, Anda mungkin perlu belajar membuat deskripsi. Cobalah membuat deskripsi saja sampai benar-benar kuat. Pelajari bagaimana penulis-penulis yang baik membuat deskrispi yang hidup dan tidak membosankan. Mungkin ini sama dengan pemain badminton yang sedang berlatih mengayunkan langkah atau melakukan reli panjang (Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi, halaman 4).

Rajin membaca menjadi semacam “amunisi” bagi seorang penulis untuk mengasah kepekaannya dalam menulis. Karenanya kegiatan membaca bagi seorang penulis adalah sebuah keniscayaan. Tidak bisa tidak. Sangat aneh dan janggal bila ada orang mengaku penulis atau pengarang tapi dia tidak memiliki kebiasaan membaca.

Menurut Zamakh Syarifani, banyak orang berkata, “Saya ingin jadi penulis! Sumpah!” namun mereka malas membaca, malas untuk mulai menulis. Sampai kapan pun mereka tidak akan jadi penulis. Sebenarnya, menulis adalah salah satu bentuk komunikasi dan refleksi kecendekiaan seseorang yang dibutuhkan dalam perkembangan orang itu sendiri dan masyarakatnya. 

Aktivitas menulis memiliki banyak manfaat, salah satunya bisa melegakan hati dan pikiran. Karena apa yang kita rasakan dan pikirkan akhirnya berhasil dituangkan dalam bentuk kata-kata yang bisa dipahami oleh orang lain.

Menulis juga bisa menjadi terapi diri. Hal ini sebagaimana pernah diungkapkan oleh James Peannebaker. Menurut James, menulis bisa menjadi terapi diri, atau bahasa awamnya “menghilangkan stres”. Menulis bisa membuatmu menolong orang lain (Menulis dan Menerbitkan Buku Fiksi dan Non Fiksi, halaman 19).

Buku karya Zamakh Syarifani ini sangat tepat dijadikan sebagai salah satu buku panduan bagi Anda: calon penulis atau yang sudah menjadi penulis. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak