Kajian Semiotika: Analisis Makna pada Lirik Lagu "Sulung" Karya Kunto Aji

Candra Kartiko | Shania Aulia Pravita
Kajian Semiotika: Analisis Makna pada Lirik Lagu "Sulung" Karya Kunto Aji
Kunto Aji [Instagram]

Kunto Aji adalah seorang aktor, penyanyi, sekaligus penulis lagu yang lahir di Sleman, Yogyakarta pada tanggal 4 Januari 1987. Kunto Aji memulai karirnya di bidang seni musik berawal dari mengikuti audisi Indonesian Idol.

Mantra-Mantra adalah album studio kedua dari Kunto Aji yang dirilis pada tanggal 14 September 2018 melalui Juni Records. Yang menarik pada album keduanya ini adalah ia mengangkat tema mental health. Kesadaran masyarakat tentang mental health dinilai masih sangat kurang.

Oleh karena itu, Kunto Aji menciptakan album yang berjudul "Mantra-Mantra". Lagu-lagu dalam album tersebut terinspirasi dari kisah nyata, seperti Sulung, Rancang Rencana, Pilu Membiru, Topik Semalam, Rehat, Jakarta-Jakarta, Konon Katanya, Saudade, dan Bungsu.

Salah satu lagu yang ingin saya bahas dalam kajian semiotika kali ini adalah lagu "Sulung". Berikut adalah lirik lagu "Sulung" karya Kunto Aji:

CukupkanlahIkatanmu, Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

CukupkanlahIkatanmu, Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

CukupkanlahIkatanmu, Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

CukupkanlahIkatanmu, Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

CukupkanlahIkatanmu, Relakanlah yang tak seharusnya untukmu

Yang sebaiknya kau jaga, AdalahDirimu sendiri

Sesuai judul lagunya, lagu ini tercipta untuk semua anak sulung di muka bumi. Mereka adalah anak pertama yang lahir dan harapan besar ditanggung olehnya. Sebagaimana harapan dari orangtuanya yang bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adiknya.

Anak pertama adalah investasi yang ditanam oleh orangtuanya. Jika orangtuanya menanamkan nilai-nilai yang baik padanya, maka adik-adiknya pun akan mengikutinya. Begitupun soal materi, biaya pendidikan, biaya-biaya yang lain yang pernah diberikan orangtuanya dengan harapan suatu saat ketika mereka sudah besar nanti bisa menghasilkan uang untuk membantu biaya hidup adik-adik mereka, dan meneruskan biaya pendidikan adik-adik mereka.

Untuk semua anak pertama di dunia ini, teruslah semangat. Yang kalian lakukan adalah ibadah. Semua mendapat pahala dari Tuhan. Kalian hebat. Kalian bisa mengurangi beban orangtua kalian. Kalian terus menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari meskipun terkadang kalian mengeluh dan butuh rehat.

Baris pertama dan kedua pada lirik lagu tersebut mempunyai makna yang artinya salah satu cara melepas ikatan beban di pundakmu adalah jalani dengan ikhlas atas kejadian yang terjadi di kehidupan kalian. Cukup dan berhenti overthinking atas beban hidup yang menumpuk.

Pada baris ketiga dalam lirik lagu ada makna tersirat yang artinya kebanyakan anak sulung berwatak keras kepala, gigih dalam berjuang, dan pantang menyerah sebelum berhasil pada cita-citanya. Oleh karena itu, dalam lirik ini Kunto Aji ingin menyampaikan, belajarlah ikhlas melepaskan apa yang bukan menjadi takdir. Sesungguhnya skenario Tuhan akan lebih indah.

Pada bait terakhir, lirik ini menggambarkan anak sulung selalu ingin melihat orang yang terdekatnya selalu bahagia dan ia selalu berusaha dan berjuang membahagiakan hingga mereka sering mengorbankan dirinya sendiri. Si sulung lupa bahwa yang seharusnya dijaga adalah dirinya sendiri.

Lagu ini bertema tentang kesehatan mental. Lagu “Sulung” dapat menjadi sebuah sugesti sekaligus obat bagi para penikmatnya.

Demikianlah kajian semiotika tentang makna motivasi dari lirik lagu “Sulung” karya Kunto Aji. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih telah membaca.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak