Sebagian orang mungkin menganggap, membaca novel itu hanya buang-buang waktu saja. Atau bahkan menganggap tak ada manfaatnya. Padahal, novel termasuk bacaan yang bisa dijadikan sebagai hiburan, mengisi kebosanan di waktu senggang, dan seterusnya.
Tak hanya itu, kisah-kisah yang ada dalam novel juga banyak yang menginspirasi dan menyemangati pembacanya. Terlebih novel-novel yang berdasarkan kisah nyata atau pengalaman pribadi yang pernah dialami oleh penulisnya.
Intinya, kalau kita jeli, ada begitu banyak novel yang mampu mengguggah kesadaran pembacanya. Salah satu novel yang saya rekomendasikan untuk dibaca ialah “Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku” karya Desi Puspitasari (Bunyan, 2013). Novel ini berkisah tentang perjalanan hidup pemuda bernama Agus, yang diwarnai dengan suka dan duka.
Dikisahkan, Agus adalah anak yang dikenal bandel. Baik di sekolah maupun saat di luar sekolah. Ia termasuk anak yang malas belajar sehingga ketika guru memberikan ulangan ia langsung kelabakan dan meminta sontekan pada temannya.
Di luar sekolah, Agus dikenal sebagai anak geng motor yang hobi kebut-kebutan atau balapan. Sama sekali tak ada rasa takut saat ada mobil patroli lewat. Karena ia begitu gesit kabur dari kejaran polisi.
Meskipun dikenal badung, Agus memiliki sisi sifat yang baik, misalnya ia begitu peduli dengan orang lain. Hal ini ia buktikan saat ada ibu-ibu kecopetan, ia berusaha mengejar si pencopet hingga tertangkap.
Suatu hari, Agus tak sengaja bertemu Airin, gadis teman SMA-nya. Pertemuan tak sengaja tersebut bermula saat Agus tengah mengejar seorang pencopet. Selama ini, Airin dikenal gadis yang jago bela diri. Karenanya, tak heran jika ia berhasil menendang pria pencopet. Pertemuan dengan Airin, gadis berjilbab yang memiliki pesona menawan itulah yang membuat Agus kerap kepikiran tentangnya.
Agus pun berusaha mendekati Airin. Dia nekat datang ke kampusnya Airin, untuk bertemu dengannya. Meski Agus sadar, ada lelaki lain yang juga tengah berusaha mencuri perhatian Airin.
Kisah Agus dan Airin dalam novel “Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku” masih panjang dan berliku. Menariknya, kita bisa mengambil pelajaran berharga dari kisah dalam novel ini. Salah satunya tentang pentingnya seorang ibu memberikan kasih sayang yang begitu besar terhadap anaknya. Meskipun Agus dikenal anak nakal alias badung, tapi sang ibu tetap berusaha mencurahkan kasih sayangnya dengan tulus kepadanya.