Kreativitas Guru Meningkat Berkat Pembinaan Teknik Komodial

Hernawan | Thomas Utomo
Kreativitas Guru Meningkat Berkat Pembinaan Teknik Komodial
Kreativitas Guru dalam Menata Kelas Meningkat berkat Pembinaan dengan Teknik Komodial (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Judul buku ini, terbilang panjang, terdiri dari sebelas kata, yakni: Kreativitas Guru dalam Menata Kelas Meningkat berkat Pembinaan dengan Teknik Komodial. Sebetulnya, buku ini adalah laporan best practices atau praktik baik yang dilakukan Dra. Dyah Budiarsih, M.Pd., pengawas TK/ SD di Koorwilcam Dindik Kembaran, Banyumas, Jawa Tengah.

Praktik baik ini dilaksanakan berangkat dari penelitian penulis, betapa persentase kreativitas guru dalam menata kelas, masih tergolong rendah.

Ini dibuktikan, pada akhir tahun ajaran 2017/2018, baru ada dua puluh lima kelas atau 42 % yang ditata dengan baik. Selebihnya, masuk dalam kategori kurang. 

SD yang diteliti penulis, sejumlah lima, yakni SD Negeri Ledug, SD Negeri 1, 2, 3, 4 Dukuhwaluh. Kelima SD tersebut masuk dalam sekolah binaan penulis, selaku pengawas TK/ SD.

Namun, sesungguhnya, masih ada satu SD lagi yang mungkin sengaja tidak penulis masukkan dalam penelitian dan praktik baik, yakni SD Universitas Muhammadiyah Purwokerto, satu-satunya SD swasta di Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas.

Kembali soal penataan kelas, mengutip pernyataan Suharsimi, penulis menyampaikan bahwa, kegagalan atau ketidakberhasilan guru dalam tugasnya bukan lantaran guru kurap cakap menguasai materi pembelajaran, tetapi karena guru tidak tahu cara mengelola kelas.

Pengelolaan kelas, dimulai dari penataan kelas itu sendiri agar tampak rapi, indah, menyenangkan, serta kondusif untuk melangsungkan kegiatan pembelajaran.

Sebagaimana telah disampaikan di atas, sebagian besar kelas di sekolah binaan penulis, belum tertata dengan baik. Menurut penelusuran penulis, penyebabnya adalah guru malas, kurang kreatif, kurang pembinaan, kurang komunikasi, kurang motivasi, kurang koordinasi, dan kurang pengawasan serta pengendalian dari kepala sekolah dan pengawas.

Hasil introspeksi diri dan telaah pribadi, penulis menyimpulkan bahwa sebagai pengawas, dirinya harus melakukan pembinaan yang berbeda dari biasanya. Pembinaan agar guru mau menata kelas dengan baik akan dilakukan melalui teknik KOmunikasi, MOtivasi, koorDInasi, dan pengawasan/ pengendALian. Disingkat menjadi KOMODIAL.

Penerapan teknik tersebut selama satu tahun ajaran, kemudian membuahkan hasil yang menggembirakan. Menggunakan lembar pengamatan yang serupa dengan awal, penulis mendapati bahwa kelas yang sudah ditata dengan amat baik ada tiga belas ruang atau 22 %, kategori baik sejumlah empat puluh tiga ruang atau 73 %, dan kategori kurang ada tiga ruang atau 5 %.

Hasil wawancara dengan siswa maupun guru menunjukkan bahwa setelah kelas ditata dengan lebih baik, muncul perasaan senang, bangga, nyaman, menambah semangat belajar, dan kepedulian untuk saling menjaga pajangan kelas agar tidak rusak.

Catatan penting yang penulis tandaskan dalam buku ini adalah pengawas tidak boleh hanya menceramahi guru, tapi terutama adalah terus-menerus memotivasi, intens melakukan koordinasi, serta melakukan pengawasan yang berkelanjutan, dan melakukan pengendalian.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak