Pendidikan anak menjadi tugas orangtua, yakni ayah dan bunda. Mengabaikan pendidikan anak termasuk kekeliruan dan dosa. Anak yang tak dibekali dengan pendidikan yang layak, kelak dia akan kesulitan membedakan perkara yang halal dan perkara yang haram.
Kita tentu telah memahami bahwa anak adalah anugerah yang begitu indah dari Sang Maha Pencipta. Namun, anak juga bisa menjadi ujian yang begitu berat bagi para orangtua yang mengabaikan syariat dan tidak peduli dengan pendidikan anaknya.
Baca Juga: 7 Penyebab Anak Tidak Betah Tinggal di Pesantren
Pada hakikatnya, anak adalah amanah yang Allah titipkan kepada kita. Hal ini sama artinya bahwa anak merupakan masa depan bagi kedua orang tuanya, baik di dunia fana maupun di akhirat kelak. Bahkan boleh dibilang anak merupakan aset bagi setiap orang tua yang melahirkan dan mengasuhnya. Apabila kedua orangtua tidak dapat memelihara dan mengembangkan aset tersebut maka mereka akan mendapat dua kerugian sekaligus, di dunia maupun di akhirat (halaman15-16).
Saya yakin setiap orangtua yang telah dikarunia anak, tentu mendambakan anaknya kelak menjadi anak yang berbakti kepadanya. Dalam buku “Smart Islamic Parenting” dijelaskan, tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang jahat, entah jadi maling, perampok, pengedar narkoba, atau semacamnya.
Baca Juga: Ibu Curhat Mata Anak Bengkak Gegara Sering Main Hp, Warganet Curiga Ada Unsur Kekerasan
Semua orang tua pasti ingin memiliki anak-anak yang saleh dan salihah, berbakti kepada kedua orang tua, agama, bangsa dan negara. Keutamaan memiliki anak saleh dijelaskan dalam sebuah hadis riwayat Muslim berikut: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang saleh” (halaman 18).
Ada sederet metode pengajaran dalam mendidik anak yang dijelaskan dalam buku terbitan Araska (2020) ini. Salah satunya adalah dengan metode keteladanan. Secara psikologis manusia membutuhkan sebuah keteladanan atau panutan. Hal ini merupakan naluri manusia yang bersemayam dalam jiwanya. Adapun peniruan yang dimaksud di sini adalah hasrat yang mendorong anak atau seseorang untuk berperilaku seperti orang yang mempunyai pengaruh dengan hidupnya.
Seperti kedua orang tua, kakak, paman atau bibi atau siapapun yang sering berhubungan langsung dengan si anak. Dalam hal ini kita bisa melihat bagaimana bayi melakukan aktivitasnya, dari mulai belajar berjalan, berbicara, sampai kebiasaan-kebiasaan lainnya (halaman 93).
Buku “Smart Islamic Parenting” karya Ahmad Abi Al-Musabih ini cocok dijadikan pegangan atau panduan bagi para orang tua dalam mendidik anak-anaknya di rumah. Selamat membaca.
Video yang mungkin Anda suka