Apa yang akan kita rasakan ketika kita membaca sebuah novel yang menggambarkan realitas masyarakat tertindas? Mungkin sedih, geram, atau kesal yang akan kita rasakan. Begitu pula yang akan kita rasakan ketika kita membaca salah satu novel karya Endang Moerdopo, yang berkisah tentang perjuangan masyarakat desa tertindas, yang berjudul Jerit Rindu Dari Lingko Bukit Rengge Komba. Namun, sebelum saya ulas isi dari novel tersebut, ada baiknya bila saya menjelaskan sedikit biodata sang pengarang.
Endang Moerdopo adalah seorang pengarang Indonesia yang lahir di Yogyakarta pada 5 April 1968. Sebagai seorang pengarang, ia telah menciptakan beberapa novel, di antaranya yang terkenal adalah Perempuan Keumala dan Jerit Rindu Dari Lingko Bukit Rangge Komba. Dan kali ini, saya akan mengulas salah satu novelnya yang berjudul Jerit Rindu Dari Lingko Bukit Rangge Komba, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2018 oleh penerbit Pustakapedia. Mari disimak ulasannya.
Jerit Rindu Dari Lingko Bukit Rengge Komba bercerita tentang warga Desa Serise yang berjuang melawan para pengusaha tambang yang telah merengguk kekayaan alam desanya. Pada mulanya, para pengusaha tambang itu dengan sopan memberikan kerja sama dengan orang-orang Desa Serise, yang dipimpin oleh tetua adat Tua Seno.
Namun, seiring berjalannya waktu, para pengusaha tambang itu makin semena-mena dalam menggaruk kekayaan alam Desa Serise, sehingga menciptakan berbagai kerusakan alam dan mengakibatkan sebagian besar warga Desa Serise meninggal dunia. Selain itu, para pengusaha tambang juga ikut memecahbelah persaudaraan warga Desa Serise, sehingga terjadilah pengkhianatan di antara mereka.
BACA JUGA: Profil Wigung Wratsangka, MC Pernikahan Kaesang dengan Erina Langganan Jokowi, SBY dan Kraton Jogja
Dalam cerita ini, tokoh utamanya adalah Rona, seorang gadis keponakan tetua adat Tua Seno yang kelak pindah ke desa seberang, yaitu Desa Satar Teu, karena mengikuti ayahnya yang kian menjadi penjilat para pengusaha tambang.
Selain Rona, tokoh sentral dalam cerita ini adalah Pastor Yanuar; tetua adat Tua Seno; Mandor Basir; dan Banus, yang masing-masing memainkan watak protagonis dan antagonis. Dalam cerita ini, latar tempat yang disajikan adalah latar pedesaan dan perkotaan di Nusa Tenggara Timur. Maka tak heran, bila novel ini dapat dikatakan sebagai novel sejarah, meskipun dikemas secara fiktif.
Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah novel karya Endang Moerdopo yang berjudul Jerit Rindu Dari Lingko Bukit Rengge Komba. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut. Menurut saya, novel ini merupakan novel yang mampu membuat siapapun yang membacanya ikut merasakan ketegangan-ketegangan yang terjadi, terlebih lagi novel ini menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
Selain itu, terdapat unsur percintaan di dalam novel ini, sehingga novel ini cenderung tidak membosankan. Baik, itu saja yang ingin saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya haturkan permohonan maaf. Sekian dan terima kasih.
Video yang Mungkin Anda Suka.