Jejak T-33 Bird, Pesawat Jet Latih yang Dipaksa Menjadi Jet Serang Darat

Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
Jejak T-33 Bird, Pesawat Jet Latih yang Dipaksa Menjadi Jet Serang Darat
Pesawat Jet Latih T-33 di Museum Dirgantara, Yogyakarta (wikipedia)

Pada masa orde lama, kekuatan militer Indonesia khususnya unit Angkatan Udara dianggap sebagai yang terbesar di belahan bumi selatan pada dekade awal hingga pertengahan 60-an.

Namun, semua keunggulan dan kekuatan udara yang didominasi jet-jet tempur buatan blok timur tersebut lambat laun mulai sirna akibat perubahan haluan politik Indonesia sejak pertengahan dekade 60-an.

Pada masa tersebut, jet-jet tempur warisan dari masa orde lama mulai dipensiunkan secara bertahap karena susah untuk dilakukan perawatan. Adapula beberapa pesawat tempur buatan blok timur yang ditukar dengan pesawat tempur buatan blok barat demi keberlangsungan kekuatan udara Indonesia di masa awal orde baru.

BACA JUGA: Mengenal 8 Jenis Pesawat Pengebom yang Pernah Digunakan TNI

Salah satu pesawat yang didapatkan oleh militer Indonesia dari program bantuan militer yang dilakukan pihak barat kala itu adalah Lockheed T-33Bird” atau yang dikenal dengan nama T-33.

Bantuan Militer dari Amerika Serikat

Pesawat T-33 Milik Amerika Serikat (wikipedia)
Pesawat T-33 Milik Amerika Serikat (wikipedia)

Kedatangan pesawat jet T-33 di Indonesia berawal dari kesusahan yang dialami oleh TNI-AU atau AURI pada saat itu dalam melanjutkan perawatan jet-jet tempur buatan blok timur yang didominasi oleh keluarga MiG akibat dari kurangnya suku cadang.

Meskipun telah dilakukan “kanibalisasi” dari jet tempur lain, namun hal ini dianggap tidak terlalu berdampak signifikan. Dilansir dari situs indomiliter.com, kemudian pihak Indonesia menjalin kerjasama pemulihan kekuatan militer dengan pihak barat.

Hal ini pada akhirnya disetujui pemberian beberapa unit pesawat tempur, salah satunya adalah Lockheed T-33 “Bird” dari Amerika Serikat.

Pesawat T-33 sejatinya adalah pesawat jet latih yang dipergunakan oleh militer Amerika Serikat guna melatih pilot-pilot jet tempur pada masa itu. Pesawat T-33 yang dihibahkan ke Indonesia total berjumlah 19 unit dan datang pada tahun 1973.

Akan tetapi, pesawat yang sejatinya dapat membawa persenjataan secara terbatas tersebut diserahkan dalam kondisi tanpa sistem persenjataan oleh pihak Amerika Serikat.

Hal ini dianggap sebagai salah satu bentuk perjanjian pemulihan hubungan bilateral antara kedua negara yang sempat renggang pada dekade 60-an.

Mulai Dimodifikasi Sendiri oleh AURI

Pod Roket LAU-68 (arnolddefense.com)
Pod Roket LAU-68 (arnolddefense.com)

Pesawat yang sejatinya dapat membawa sistem persenjataan seperti roket dan bom dengan berat total sekitar 1 ton ini harus dimodifikasi sendiri oleh pihak AURI agar dapat digunakan sebagai jet tempur.

Hal tersebut berawal dari kampanye operasi Seroja yang memerlukan bantuan serangan udara untuk mendukung gerak lanju infantri darat. Pada masa pasca operasi Seroja, situasi masih belum dianggap stabil karena seringkali adanya konflik yang melibatkan TNI saat itu melawan gerakan separatis di Timor-Timur.

Maka dari itu, pada tahun 1978 Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) melakukan beberapa modifikasi terhadap pesawat T-33 milik TNI. Modifikasi tersebut meliputi pemasangan senapan mesin kaliber 12.7 mm di sisi hidung pesawat.

Kemudian, jet latih ini dimodifikasi agar dapat dipasangi pod roket LAU-68 atau bom di bagian hardpoint di masing-masing pesawat. Hal yang paling unik adalah dari sistem pembidikan yang diambil dari pesawat bomber maritime Ilyushin Il-28B buatan Uni Soviet.

Modifikasi tersebut dianggap cukup berani karena sistem persenjataan tersebut bukanlah dikhususkan untuk T-33 sebagaimana mestinya.

BACA JUGA: Inilah Alasan Mengapa Jendela Pesawat Selalu Berbentuk Oval atau Bundar

Beraksi Langsung di Front Timor-Timur

Corak Gigi Hiu (shark teeth) Pada Jet T-33 (Dok. Pribadi/Zahir)
Corak Gigi Hiu (shark teeth) Pada Jet T-33 (Dok. Pribadi/Zahir)

Setelah melalui proses modifikasi dan pengujian, pesawat T-33 milik TNI-AU tersebut kemudian langsung diterjunkan di Timor-Timur pada tahun 1978. Operasi militer yang dikenal sebagai “Operasi Cakar Garuda” merupakan salah satu operasi yang terkenal menggunakan pesawat ini sebagai salah satu dukungan udara bagi TNI.

Akan tetapi, permasalahan lain muncul dikarenakan pesawat ini tidak memiliki sistem radio bawaan yang digunakan untuk komunikasi. Hal tersebut kemudian diakali dengan membawa radio komunikasi sendiri yang dilakukan oleh awak pesawat di bagian belakang.

Permasalahan lain selama operasi tersebut yakni dikarenakan pesawat ini memiliki kecepatan cukup tinggi, hal tersebut menjadi nilai kurang tersendiri untuk melakukan operasi COIN (Counter-Insurgency) atau misi anti gerilya.

Namun, kecepatan tinggi tersebut juga menjadi keuntungan yang menjadikan pesawat ini susah ditembak jatuh oleh penembak yang ada di darat. Pesawat T-33 tersebut kemudian mulai dipensiunkan pada tahun 1980 setelah kurang lebih 7 tahun mengabdi.

Salah satu hal yang paling diingat dari pesawat ini adalah selain warnanya yang hijau juga desain gigi hiu (shark teeth) di bagian hidung pesawat untuk varian pesawat serang ringan yang dioperasikan TNI. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak