Novel berjudul The Kite Runner karya Khaled Hosseini, penulis kebangsaan Afghanistan-Amerika Serikat merupakan novel terlaris di seluruh dunia yang terbit pada tahun 2003, juga merupakan novel pertama yang membuat penulisnya memperoleh Humanitarian Award dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), menduduki predikat sebagai buku terlaris versi New York Times selama dua tahun sejak awal masa terbitnya.
Novel ini berlatar cerita di Afghanistan – Kabul pada masa awal munculnya konflik di negara tersebut yang menjadikan negaranya terkenal sebagai negara perang yang selalu dilanda konflik dan penderitaan.
The Kite Runner Menceritakan tentang persahabatan dan persaudaraan tokoh fiktif antara Amir dan Hassan, hubungan antara seorang ayah dengan anak, dan juga potret sisi lain Afghanistan sarat akan konflik dan peperangan. Khaled Hosseini mampu mengemas cerita dengan sangat brilian, apik, dan dapat melibatkan sisi emosional pembaca dengan kuat.
BACA JUGA: Jadwal Lengkap Serta Syarat Pendaftaran Pantarlih Pemilu 2024
Pada bagian awal cerita pembaca akan mengetahui hubungan antara Amir dengan seorang Hazara bernama Hassan, pelayan yang sangat setia terhadap majikannya. Persaudaraan dan persahabatan mereka digambarkan melalui besarnya minat mereka bermain layang-layang bahkan mengikuti kompetisi layang-layang yang menjadi tradisi yang sangat lekat dengan Kabul – Afghanistan sebelum masa perang mencekam.
Pada bagian awal juga digambarkan bagaimana hubungan Amir dengan ayahnya yang kurang baik, Amir dalam pandangan ayahnya dipandang sebagai seorang yang berkpribadian jauh dari model ideal seorang pria Afghanistan. Amir menaruh perhatian lebih pada puisi, kepenulisan, dan buku, Bagi ayahnya pria sejati tidak membaca puisi dan tentu juga tidak menulis puisi, ayahnya memandang pria sejati dengan gambaran mereka yang bermain sepak bola, berburu, dan kegiatan sejenis lainnya.
Beberapa konflik awal muncul saat persahabatan Amir dan Hassan hancur karena Hassan harus mengalami kekerasan seksual dari teman-temannya di depan mata Amir yang tak berdaya sama sekali melihat saudaranya mengalami kekerasan dan perundungan. Retaknya hubungan persahabatan yang dialami Amir dan Hassan, membuat Hassan dan ayahnya memilih angkat kaki dan berhenti melayani keluarga Amir.
Di sisi lain konflik muncul saat Kabul yang tadiya merupakan tempat yang damai harus berubah menjadi medan perang, suara bom dan tembakan yang memekikkan telinga, kematian menjadi sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan orang-orang di medan perang tersebut. Hal ini mengharuskan Amir dan ayahnya mengungsi ke Amerika untuk menyelamatkan diri selama bertahun-tahun.
BACA JUGA: Hadapi Lonjakan PHK, Kemnaker Pertemukan Pencari Kerja dan Pelaku Industri
Cerita berjalan sedemikian ruma dibumbui dengan berbagai macam peristiwa, keadaan yang menekan, dan sarat akan konflik yang membuat pembaca terdorong untuk terus membaca cerita hingga akhir.
Kisah dengan tingkat kerumitan yang cukup dalam, membawa tokoh utama, Amir, harus kembali ke Afghanistan untuk menyelamatkan Sohrab, anak Hassan dari berbagai penderitaan yang dialaminya selama masa konflik di negara tersebut dengan cara membawanya ke Amerika dan mengadopsinya.
Novel ini mempunyai banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik, membaca novel ini membuka mata pembaca untuk memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap permasalahan-permasalahan kemanusiaan yang nyata terjadi di kehidupan manusia.