Pada tanggal 11 Maret selalu diperingati sebagai hari Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret. Peristiwa ini merupakan bentuk peralihan kepemimpinan era orde lama yang dipimpin oleh Soekarno menuju ke era orde baru yang dipimpin oleh Soeharto sebagai presiden kedua Indonesia saat itu. Peristiwa tersebut dilatarbelakangi oleh peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada tanggal 30 September tahun 1965.
Melansir dari Suara.com, supersemar secara harfiah merupakan surat yang ditandatangani oleh Soekarno yang berisi penunjukkan Soeharto sebagai pimpinan tertinggi dan diberi kewenangan untuk mengambil beragam tindakan yang diperlukan guna menyelesaikan permasalahan saat itu.
Peristiwa Supersemar sekaligus menjadi salah satu momentum yang cukup bersejarah bagi bangsa Indonesia yang saat itu tengah berada dalam krisis politik dan pandangan. Peristiwa ini juga sekaligus menghadirkan beberapa fakta menarik yang unik yang tentunya perlu untuk diketahui.
BACA JUGA: Peringatan Hari Wig Sedunia, Berikut 3 Fakta Unik Mengenai Rambut Palsu Ini
1. Awal Mula Terjadinya Era Baru Di Indonesia
Diterbitkannya Supersemar atau Surat perintah 11 Maret yang ditandatangani pada tanggal 11 Maret 1966 membuat Indonesia saat itu memasuki era baru dalam sejarah bangsa Indonesia. Pada masa tersebut menandai berakhirnya kepemimpinan era Soekarno yang dikenal dengan nama orde lama dan dimulainya era pemerintahan Indonesia yang baru yang dipimpin oleh Soeharto sebagai presiden Indonesia kedua.
Pada setelah penandatanganan surat tersebut, Soeharto dianggap melakukan segala hal yang dianggap perlu dalam memulihkan kondisi pemerintahan, termasuk melengserkan Soekarno sebagai pemimpinnya. Era kepemimpinan Soeharto sendiri lebih dikenal dengan nama Orde lama dan berjalan selama kurang lebih 32 tahun sebelum beliau juga dilengserkan pada gerakan 1998 setelah sekian banyaknya demonstrasi saat itu.
BACA JUGA: Mengenal PZL TS-8 Bies, Pesawat Era Orde Lama yang Terlupakan
2. Terdapat 4 Versi Supersemar yang Diketahui
Surat perintah 11 Maret atau Supersemar layaknya sebuah misteri yang sampai saat ini belum terpecahkan isinya secara jelas. Hal ini dikarenakan adanya sekitar 4 versi Supesemar yang diketahui oleh publik. Keempat versi Supersemar tersebut berasal dari 3 instansi yang berbeda, yakni Pusat Penerbangan (PUSPEN) TNI AD, Akademik Kebangsaan, dan Sekretariat Negara (Setneg).
Keempat versi dari 3 instansi pemerintah dan militer tersebut kini tersimpan rapi di ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia). Namun, ada sebuah kontroversi lain dari keaslian surat-surat yang diklaim sebagai Supersemar tersebut, yakni setelah dilakukan beragam pengujian keempat surat tersebut masih dianggap bukan arsip otentik dari Supersemar. Hal ini tentunya memunculkan misteri lain perihal dimana arsip Supersemar yang asli berada.
BACA JUGA: Ulasan Buku Kumpulan Puisi Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau, Selami Isinya dan Temukan Maknanya!
3. Awal Mula Renggangnya Hubungan Dengan Negara-negara Sosialis dan Komunis
Pada masa setelah diterbitkannya Supersemar, Indonesia memasuki babak baru dari percaturan geopolitik Internasional. Apabila di masa orde lama kita cenderung berhaluan dengan negara-negara Sosialis ataupun Komunis seperti Yugoslavia, Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina, maka di era orde baru Indonesia lebih condong ke negara-negara blok barat seperti Amerika Serikat, Inggris dan sekutunya. Padahal sebelumnya Indonesia cukup gencar menyuarakan anti neo-imperialisme dan kapitalisme khas negara blok barat.
Meskipun secara resmi masih menganut pandangan non-blok, akan tetapi langkah geopolitik Indonesia pada masa orde baru tidak dapat dipungkiri sangat memihak blok barat. Hal ini sekaligus membuat hubungan Indonesia dan negara-negara blok timur mulai merenggang, bahkan terkesan menjauhi karena perubahan pandangan politik imbas dari peristiwa G30S/PKI di tahun 1965.
Tentunya hal ini sedikit berdampak buruk dari segi kemiliteran, dimana saat itu Indonesia merupakan salah satu pengguna alutista dan persenjataan blok timur terbesar di Asia tenggara. Hal ini membuat banyak persenjataan militer Indonesia saat itu harus dipensiunkan ataupun ditukar dengan sistem persenjataan dari blok barat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS