Pada masa orde lama, kekuatan udara Indonesia dianggap sebagai salah satu yang terkuat di dunia. Bahkan, kekuatan AURI saat itu dianggap sebagai yang terbesar di belahan bumi selatan.
Hal ini dikarenakan kekuatan udara Indonesia pada akhir dekade 50-an hingga periode 60-an diperkuat oleh perpaduan pesawat-pesawat buatan blok barat dan blok timur, khususnya pada dekade 60-an yang didominasi oleh pesawat-pesawat buatan Uni Soviet dan negara berhaluan komunis saat itu.
Mungkin bagi penggemar sejarah militer Indonesia, nama-nama seperti Tupolev TU-16, MiG-17 dan MiG-21 merupakan beberapa pesawat yang cukup populer dipergunakan oleh Indonesia pada dekade 60-an.
Akan tetapi, ternyata Indonesia sempat mengoperasikan pesawat buatan negara blok timur lainnya guna memperkuat kekuatan udara Indonesia.
BACA JUGA: Mengenal 8 Jenis Pesawat Pengebom yang Pernah Digunakan TNI
Satu dari sekian banyak pesawat tersebut adalah PZL TS-8 Bies buatan negara Polandia yang saat itu masih berhaluan blok timur.
Pesawat Modern Buatan Polandia Pasca Perang Dunia II
PZL TS-8 Bies merupakan salah satu pesawat buatan negara Polandia yang mulai dirancang dengan desain modern pada akhir dekade 1950-an.
Meskipun masih menggunakan mesin Piston, pesawat ini dianggap merupakan salah satu pesawat modern di kelasnya saat itu karena memiliki sistem pendaraatn roda depan dan menghilangkan konsep roda ekor seperti lazimnya pesawat era perang dunia ke-2.
Dilansir dari situs Wikipedia, pesawat ini muncul untuk menggantikan pesawat latih keluarga Junak yang merupakan produk lokal Polandia dan pesawat Yak-11 yang dibeli dari Uni Soviet.
Pesawat ini mulai dirancang oleh perancang pesawat Polandia Tadeusz Soltyk dan mulai terbang perdana pada tahun 1955. Pesawat ini mulai diproduksi massal oleh Polandia pada tahun 1958 hingga awal dekade 1960-an.
Pesawat dengan Desain Monokok
Pesawat ini dianggap salah satu pesawat modern yang dikembangkan oleh Polandia pasca perang dunia ke-2 karena telah menggunakan konsep monokok (monocoque) pada sebagian besar badan pesawat.
Pesawat yang terbuat dari bahan besi yang dilas menyatu ini merupakan salah satu pengembangan yang cukup mutakhir yang dilakukan industri dirgantara Polandia saat itu. Tercatat ada sekitar 250 unit PZL TS-8 Bies yang diproduksi oleh Polandia dan digunakan hanya oleh Polandia dan Indonesia saat itu.
Pesawat ini menggunakan mesin tunggal Narkiewicz WN-3 7-cylinder radial engine yang mampu mendorong pesawat ini dengan kecepatan maksimal 312 km/jam dan memiliki jarak jelajah sekitar 800 km.
Pesawat yang dikemudikan oleh 2 orang ini memang digunakan untuk pesawat latih dasar sejak awal. Dikarenakan hal tersebut, pesawat ini tidak dilengkapi dengan persenjataan internal.
Namun, beberapa unit pesawat ini dapat dipasangi bom di bagian bawah pesawat dengan berat total sekitar 200 kg.
BACA JUGA: 3 Fakta Unik Yokosuka K5Y Cureng, Pesawat Latih Bersejarah bagi Indonesia
Dibeli Hanya 2 Unit oleh Indonesia
Kedatangan pesawat latih dasar ini di Indonesia diawali karena AURI melakukan pengadaan beberapa helikpter SM-1 dari Polandia pada awal dekade 60-an.
Dilansir dari situs airspace-review.com, Indonesia diketahui membeli 2 unit pesawat TS-8 Bies ini dari Polandia untuk evaluasi dalam program peremajaan pesawat latih.
Saat itu Indonesia masih menggunakan pesawat latih dan serang ringan AT-16 Harvard yang merupakan hibah dari Belanda dan Amerika Serikat.
Pesawat yang dijuluki “Si Iblis” ini memang rekam jejaknya tidak terlalu terlihat di Indonesia. Hal ini dikarenakan memang pesawat ini hanya sebagai bahan evaluasi dalam program modernisasi pesawat.
Pada akhirnya, Indonesia memilih untuk mendatangkan pesawat T-34 Mentor dari Amerika Serikat sebagai pesawat latih dasar baru. Pesawat TS-8 Bies Indonesia tidak diketahui kapan dipensiunkan dari layanan dinas.
Namun, diperkirakan pesawat ini dipensiunkan pada dekade 1970-an dan menjadi koleksi di Museum Dirgantara Adisucipto, Yogyakarta pada tahun 1984.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS