Review 'Agar di Surga Bersama Nabi', Upaya Mencari Kebahagiaan Dunia Akhirat

Aulia Hafisa | Sam Edy
Review 'Agar di Surga Bersama Nabi', Upaya Mencari Kebahagiaan Dunia Akhirat
Ilustrasi Buku ‘Agar di Surga Bersama Nabi' (Foto/Istimewa)

Buku karya Mohammad Mufid, Lc. ini menarik dijadikan sebagai sarana merenungi kebahagiaan dalam menjalani hidup ini, bahwa kebahagiaan itu tidak hanya kita cari saat masih di dunia saja, tetapi juga kebahagiaan di akhirat kelak.

Salah satu cara agar kebahagiaan hidup dapat kita raih adalah dengan menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Meneladani perilaku mulia Nabi Muhammad Saw juga menjadi cara agar hidup kita senantiasa berlimpahkan kebahagiaan. 

Buku ‘Agar di Surga Bersama Nabi’ yang diterbitkan oleh penerbit Quanta (Jakarta) ini menguraikan kiat-kiat amalan yang dapat menjadikan kita bersama Nabi Saw., di surga. Pembahasan dimulai dengan bagaimana agar kita bisa mencintai Rasulullah Saw. Dengan berbekal cinta inilah diharapkan tumbuh kesadaran untuk selalu menjalankan ajaran Nabi dalam kehidupan sehari-hari. 

Orang yang mencintai Rasulullah Saw. akan menjadi hamba kepada Allah dengan mengikuti sunah beliau. Kepatuhan seseorang terhadap ajaran Rasulullah adalah bukti yang paling kuat untuk menunjukkan kebenaran cintanya. Tanpa mematuhi ajaran Rasulullah, cinta itu adalah palsu (hlm. 11).

Dalam buku ini dijelaskan bahwa di zaman akhir ini, bukti mencintai Rasulullah Saw, adalah dengan menegakkan sunah beliau. Namun, hal itu sangat sulit dilakukan, bahkan sesulit dan seberat menggenggam bara api. Tapi ingat, orang yang cinta “buta” kepada Baginda Nabi akan dengan mudah menunaikan apa yang disukai oleh beliau demi mendapatkan kerelaan Baginda yang dicintainya.

Salah satu sifat mulia Nabi Muhammad Saw yang harus selalu kita renungi dan teladani adalah kesabarannya yang begitu tinggi ketika berhadapan dengan orang-orang yang tak menyukainya. 

Mohammad Mufid menjelaskan, Nabi Muhammad Saw. adalah sosok penyabar yang tiada bandingnya. Melalui sifat sabar beliau, banyak yang meneguhkan keimanannya. Bersaksi atas kerasulan Nabi Muhammad Saw., yang penyabar karena beliau tidak memiliki batas kesabaran.  

Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah, sabar merupakan budi pekerti yang bisa dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu, menahan sedih, menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan, juga menahan anggota badan dari melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan hukum-hukum syariat (hlm. 90).

Harapannya, setelah membaca buku ini, setiap muslim akan mengenal sosok Nabi Muhammad Saw. dengan lebih dekat, dan semoga kelak kita semua bisa bersua dan bersama beliau di surga-Nya. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak