“Kereta Malam Menuju Harlok” merupakan judul sebuah novel anak yang begitu memikat dan memuat pelajaran berharga buat para pembacanya. Maya Lestari Gf, penulis novel ini begitu piawai meramu alur ceritanya hingga membikin pembaca merasa penasaran untuk terus membacanya.
Novel ini masuk kategori seri pendidikan karakter untuk anak dan pernah menjadi juara kedua dalam kompetisi menulis novel anak yang diselenggarakan oleh penerbit Indiva Media Kreasi beberapa waktu silam.
Berkisah tentang anak-anak yang ditelantarkan oleh orangtuanya. Bukan anak-anak yang terlahir normal pada umumnya. Melainkan anak penyandang disabilitas, atau anak yang tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap.
Anak-anak telantar tersebut tinggal di Kulila, sebuah panti sederhana khusus anak-anak catat. Mulanya, banyak orang yang rela menyumbangkan uang dan benda-benda berguna untuk Kulila. Tapi, kebutuhan Kulila begitu banyak. Sering kali tidak tercukupi. Yayasan yang mendirikan Kulila juga tidak bisa berbuat banyak.
Tiap tahun mereka mengurangi jumlah pegawai. Lima tahun lalu, masih ada enam pegawai di Kulila, dan anak cacat yang dirawat hampir tiga puluh orang. Tapi, perlahan-lahan seiring makin sedikitnya sumbangan, sebagian anak cacat itu dipindahkan ke panti-panti lain.
Hingga akhirnya, Kulila hanya menyisakan sembilan anak cacat dengan satu orang pegawai bernama Amang. Yang pada akhirnya pun pegawai tersebut memilih pergi meninggalkan Kulila dan anak-anak yang masih butuh bantuannya. Amang, pria berusia 50 tahun itu pergi tepat ketika cuaca sedang tidak bersahabat: awan yang begitu gelap seperti lebah, seperti hendak turun hujan yang sangat hebat. Sesekali tampak cahaya berkilat di udara.
BACA JUGA: Pesona Komunikasi Padat: Mengungkap Makna Lebih dalam Seketika
Ketika hujan akhirnya turun, ditingkahi suara petir menggelegar mengerikan, lalu terdengar suara kaca pecah, rumah roboh, dan air begitu saja menghantam tubuh Tamir, salah satu anak penghuni panti. Dan, sebuah kejadian aneh terjadi.
Tamir, bocah lelaki yang hanya punya satu kaki dan punya sebelah mata itu terjebak di sebuah kereta malam. Kereta yang sebelumnya pernah dilihatnya saat membuka korden jendela saat cuaca sedang buruk. Kereta yang muncul dari dari balik awan yang kemudian membawanya menuju Harlok, sebuah kota dari banyak kota yang ada di langit.
Di Harlok itulah Tamir berjumpa dengan anak-anak sebayanya. Di sana dia dipekerjakan secara paksa sebagai penggali tambang batu seruni. Beragam penderitaan pun dialaminya, hingga suatu malam datang keajaiban dari dalam hutan kabut Harlok.
Kisah anak-anak terlantar dalam novel terbitan Indiva Media Kreasi (2021) ini selain menarik disimak, juga meninggalkan sederet pelajaran yang begitu berharga bagi para pembacanya.
Di antaranya tentang pentingnya mensyukuri hidup, menghargai nikmat Tuhan yang begitu berlimpah. Betapa banyak orang-orang di luar sana yang terlahir dengan keterbatasan fisik, bahkan sengaja ditelantarkan oleh kedua orangtuanya, tapi masih bisa berusaha menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat.
Oleh karena itu, bersyukurlah ketika saat ini kita masih dikaruniai kesehatan, fisik lengkap, dan masih memiliki orangtua yang menyayangi kita. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS