Resensi Novel Rainbirds, Mencari Jejak Pembunuh Keiko Ishida

Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Resensi Novel Rainbirds, Mencari Jejak Pembunuh Keiko Ishida
Novel Rainbirds (Gramedia)

Siapa yang mengira jika novel Rainbirds, yang kental akan kultur Jepang ternyata ditulis oleh seseorang yang non Jepang. Ya, novel terbitan Gramedia Pustaka Utama ini merupakan karya dari Clarissa Goenawan, novelis kelahiran Surabaya yang menetap di Singapura.

Clarissa Goenawan, dalam sebuah wawancara pernah mengakui, bahwa ia mempunyai kegemaran pada semua hal yang berbau Jepang. Baik itu anime, manga, musik, budaya, sampai buku-buku terbitan negeri sakura tersebut. Itulah yang kemudian mempengaruhi karya-karyanya.

Rainbirds pernah memenangi penghargaan Bath Novel Award 2015. Cerita fiksi misteri berlatar lokalitas Jepang yang kuat ini, telah berhasil membuat nama penulisnya mendunia. Novel Rainbirds bahkan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Berikut akan saya ulas sedikit mengenai Rainbirds.

Novel Rainbirds dibuka dengan Ren Ishida yang mendapat kabar bahwa kakaknya, Keiko Ishida, meninggal dunia setelah mengalami penyerangan dengan tubuh dipenuhi luka tusukan. Padahal baru tiga hari sebelumnya Ren berbincang dengan Keiko di telepon.

Ren yang tinggal di Tokyo lalu terbang ke Akakawa. Dengan dibantu Honda, rekan kerja Keiko di Yotsuba, Ren menyelesaikan segala urusan yang berkaitan dengan Keiko: perkabungan, kremasi, dan mengemasi barang-barang peninggalan Keiko. Satu hal lagi, Ren juga mendatangi kepolisian setempat untuk mengetahui lebih jauh mengenai kasus Keiko.

Ren lalu berencana tinggal lebih lama di Akakawa, karena ia berkeinginan untuk ikut mengungkap kasus kematian Keiko. Keputusannya tersebut semakin bulat ketika ia dengan segera memperoleh pekerjaan di Akukawa. Pemilik bimbel Yotsuba menawari Ren mengajar di sana menggantikan posisi Keiko.

Keberuntungan kembali mendatangi Ren. Ketika Kosugi Katou, induk semang Keiko, menawari Ren untuk tinggal di sana, menempati kamar yang pernah dihuni Keiko. Ren yang masih tinggal di Hotel Katsuragi menerima tawaran politisi tersebut dan segera pindah ke Segayaki.

Dalam perjalanannya mencari titik terang tentang kasus kematian Keiko, Ren akan menjumpai banyak misteri yang saling membelit dan jalin-menjalin dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua hal yang tak bersentuhan, ternyata saling berkaitan setelah ditelusuri lebih jauh oleh Ren.

Semakin dalam penyelidikannya, Ren baru menyadari bahwa ia tak pernah mengetahui kehidupan pribadi Keiko. Ia juga tidak pernah tahu, dengan siapa Keiko tengah atau pernah menjalin hubungan. Keinginannya membongkar kehidupan Keiko, malah membuka sisi kelam keluarganya yang tak pernah diketahui Ren.

Cerita tak hanya berputar di usaha Ren untuk menemukan pembunuh Keiko. Namun, akan ada kisah-kisah pendamping yang berhasil terkuak berkat usaha Ren. Termasuk misteri kematian Miyuki, anak dari Kosugi Katou yang meninggal saat masih kecil.

Juga tentang Seven Stars, gadis yang kerap ditemui Ren sedang merokok di gazebo yang tak jauh dari lokasi pembunuhan Keiko. Ren berhasil menemukan keterkaitan antara ayah gadis itu, Nakajima dengan masa lalu Keiko.

Clarissa, sang penulis, telah berhasil memasukkan banyak kerumitan dan misteri dalam novel Rainbirds. Namun, satu cerita dengan cerita lainnya berjalan dengan begitu smooth. Tak ada tabrakan. Tak ada yang dipaksakan. Semua dituturkan dengan demikian rapi.

Sebagai pembaca, saya cukup puas dengan cara penulis yang dengan sabar membuka jalinan-jalinan cerita yang saling kait-mengait. Semua pada tempatnya. Semua mendapat porsi yang pas. Novel yang akan dengan senang hati saya rekomendasikan kepada siapa saja.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak