Tayang perdana pada Kamis, 25 Mei 2023, di Prime Video. Series "A+" produksi Falcon Pictures mengusung genre drama kriminal. Disutradarai oleh Fajar Bustomi, dan series ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Ananda Putri. Pemain utamanya melibatkan Antonio Blanco Jr. sebagai Re Dirgantara, Nurra Datau sebagai Kalypso "Kai" Dirgantari, Rey Bong sebagai Kenan Aditya, Ziva Magnolya sebagai Adinda Aletheia, dan Livy Renata sebagai Aurora Calista, dan lain-lain.
Fajar Bustomi, yang sebelumnya terlibat dalam penyutradaraan trilogi film Dilan hingga Buya Hamka, memimpin arahan pembuatan series ini. Tema coming-of-age yang diangkat dari wattpad populer oleh Ananda Putri menambah daya tarik tersendiri.
A+ bercerita terkait SMA Bina Indonesia, yang terkenal dengan prestasi Ujian Nasional (UN), juga punya sistem peringkat paralel unik yang menentukan biaya belajar siswa. Biaya sekolah tergantung dengan kasta yang berasal dari peringkat siswa-siswi. Kalypso Dirgantari (Nurra Datau) atau Kai, siswi baru, menyadari standar peringkat tersebut dan bersaing ketat di try out bersama sahabatnya Thalia (Bebby Hatami). Re Dirgantara (Antonio Blanco Jr), Kenan Aditya (Rey Bong), dan Adinda Aletheia (Ziva Magnolya) memegang peringkat tiga besar yang populer. Kai menciptakan kejutan dengan peringkat pertama di try out ketiga. Namun, kebahagiaannya dibayangi oleh bunuh dirinya Thalia, yang merasa tekanan dari penurunan peringkat paralel membuat biaya sekolahnya Thalia semakin berat.
Ulasan:
Meski awalnya aku ragu untuk menonton A+, keputusanku berubah setelah benar-benar menontonnya. Film ini ternyata dilandasi oleh penulis naskah dan sutradara yang memiliki visi yang tepat. Meskipun target penontonnya mencakup remaja hingga dewasa, aku menemukan film ini memiliki daya tarik tersendiri.
A+ menyajikan cerita yang aman dan dapat dinikmati oleh berbagai kalangan usia. Selain itu, A+ seru banget! Namun, ada beberapa aspek yang membuatku memberikan pemikiran kritis terhadap film ini. Eksposisi cerita terkadang terasa membingungkan, menuntut penonton untuk lebih memperhatikan setiap detail agar nggak kehilangan alur cerita.
Eksposisi dalam konteks film merujuk pada cara penyampaian informasi yang menjadi dasar atau latar belakang cerita kepada penonton. Dalam A+, eksposisi terkadang terasa kompleks atau sulit diikuti, memerlukan penonton untuk lebih aktif dalam memahami informasi yang diberikan.
Selain itu, pengambilan gambar tampaknya kurang bereksperimen, terutama dalam hal akrobatik visual. Dalam konteks sinematografi, "akrobatik visual" mengacu pada penggunaan teknik-teknik atau sudut pengambilan gambar yang dinamis, nggak konvensional, dan kreatif untuk menciptakan efek visual yang menarik dan penuh gaya. Ini dapat mencakup penggunaan kamera yang bergerak secara kompleks, perubahan sudut pandang yang mencolok, atau teknik editing yang inovatif.
Aku merasa terdapat potensi yang belum sepenuhnya dieksplorasi dalam hal teknik sinematografi. Sebuah nuansa yang lebih dinamis dan variasi dalam pengaturan gambar mungkin dapat meningkatkan pengalaman menonton.Detail-detail penting dalam ekspresi wajah karakter atau objek kunci dalam adegan bisa menjadi lebih kuat jika didukung dengan pengambilan gambar close-up yang lebih intens.
Meskipun demikian, film ini memberikan kepuasan secara keseluruhan. Skor 7/10. Film ini memberikan hiburan yang memadai dengan potensi untuk lebih berkembang dalam hal penyampaian cerita dan aspek teknis sinematografi di masa mendatang. Bagi yang menyukai kisah yang aman dan menghibur, A+ bisa menjadi pilihan yang baik. Selamat menonton!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.