Menghargai Arti Sebuah Pemberian dalam Novel 'Balada Sepeda Butut'

Ayu Nabila | Sam Edy
Menghargai Arti Sebuah Pemberian dalam Novel 'Balada Sepeda Butut'
Ilustrasi Buku 'Balada Sepeda Butut' (Nusantara Books 2)

NovelBalada Sepeda Butut’ karya Bambang Joko Susilo ini menarik dibaca, karena menyimpan pesan-pesan yang bagus untuk ditiru oleh para pembaca, khususnya anak-anak di rumah.

Berkisah tentang bocah perempuan bernama Lina, yang memiliki sepeda ontel yang sudah butut. Sepeda yang dulunya adalah kado ulang tahunnya yang ketujuh dari ayahnya yang kini telah tiada. Lina begitu menghargai pemberian dari sang ayah. 

Meski pun sepeda tersebut kini sudah butut, tapi masih cukup kuat dan masih bisa digunakan untuk beraktivitas sehari-hari seperti pergi ke sekolah atau membonceng adiknya keliling kampung.

Lina tak peduli ketika diejek oleh teman-temannya perihal sepeda bututnya yang bila dinaiki mengeluarkan bunyi berderit. Lina begitu menyayangi sepedanya. Saat ada teman yang mengejek, biasanya Lina hanya tersenyum. Dia tahu, teman-temannya tidak bersungguh-sungguh mengejek, melainkan sekadar bergurau. Mereka sudah mengetahui keadaan Lina yang sebenarnya. Sepedanya memang paling jelek di antara sepeda milik teman-temannya.

Kehidupan Lina sebenarnya begitu mempihatinkan. Tepatnya sejak ayahnya meninggal dunia. Ibunya kemudian mencari nafkah dengan cara berjualan gado-gado. Mau tidak mau, Lina berupaya ikut membantu ibunya. Terlebih dia masih punya seorang adik yang masing kecil, usia empat tahun. 

Lina mampu memahami kesulitan yang dialami oleh ibu. Karenanya, dia tak berani minta macam-macam seperti temna-temannya yang lain. Bahkan dia sering tidak jajan di sekolah. Dia tidak bisa bermanja-manja lagi seperti dulu ketika ayahnya masih ada. Dia harus belajar menjadi gadis cilik yang mandiri, kuat, dan tabah.

Meski kadang rasa bosan menghinggapi jiwanya. Kadang, muncul keinginan Lina untuk bisa bebas dan bersenang-senang seperti teman-temannya yang lain. Dia juga bosan setiap hari harus mengasuh adiknya. Namun harus bagaimana lagi, Lina berusaha menjalani hari-harinya dengan semangat.  

Hingga suatu hari, Lina mengalami kesialan. Sepeda bututnya hilang. Untungnya, sepeda tersebut akhirnya bisa ditemukan. Sepeda tersebut diambil oleh seseorang yang dikenali oleh teman-teman Lina. 

Kisah Lina yang begitu menyedihkan dengan kehidupannya dalam novel yang diterbitkan oleh Penerbit Bestari Kids (Jakarta) ini menyimpan hikmah bagi para pembaca. 

Di antara hikmah tersebut adalah tentang pentingnya menghargai sebuah pemberian, pentingnya rajin menabung, dan jangan jadi orang yang suka berbohong. Sebuah novel yang menurut saya layak untuk dibaca dan dapat membantu membentuk karakter anak-anak agar menjadi lebih baik. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak