Ulasan Buku 'Aku Bukan Perempuan Cengeng', Menangis Bukan Tanda Kelemahan

Hayuning Ratri Hapsari | Sam Edy
Ulasan Buku 'Aku Bukan Perempuan Cengeng', Menangis Bukan Tanda Kelemahan
Buku 'Aku Bukan Perempuan Cengeng' (Dokumen pribadi/ Sam Edy)

Menangis adalah hal lumrah yang biasa dilakukan oleh manusia. Menangis itu manusiawi dan menandakan bahwa manusia tersebut masih memiliki perasaan. Jadi, menangis itu tidak selalu karena memiliki sifat cengeng

Perempuan maupun lelaki, boleh alias sah-sah saja menangis. Asalkan tidak berlebihan. Menangis itu bila porsinya pas, dapat menyehatkan dan membuat dada terasa lega. Beban hidup menjadi lebih berkurang setelah menumpahkannya lewat air mata.

Kita bisa menyimak bahwa menangis itu ternyata baik dan menyehatkan lewat buku ‘Aku Bukan Perempuan Cengeng’. Buku ini berisi sekumpulan artikel tentang seputar perempuan yang ditulis oleh sederet penulis dengan latar belakang dan karakter yang beragam.

Aisyah Nurcholis, dalam artikelnya yang berjudul ‘Menangis Tanpa (Ber)henti’ mengungkapkan, sebuah fakta dalam psikologi menyebutkan, orang yang menangis justru memiliki mental yang sehat, dan berarti seorang individu mampu serta berani menghadapi emosi, rasa pahit, dan menunjukkan sisi rapuh.

Anda menangis, tapi Anda harus tahu kapan saatnya harus bangkit. Biarlah hati Anda lembut, tetapi sekaligus menjadi hati yang kuat. Karena pedang kualitas terbaik dibuat dari bahan-bahan langka, dipanaskan dalam suhu tinggi, ditempa dengan amat keras, lalu diasah hingga tajam.

Menangis bukan berarti Anda lemah, buruk, atau memalukan. Hanya saja, Anda manusia yang masih memiliki hati dan perasaan (hlm. 17).

Sementara itu, dalam artikelnya yang berjudul ‘Sabar dan Syukur: Kunci Melawan Tangis’, Noura N berpendapat bahwa jika Anda ingin menangis ya silakan menangis.

Jika dengan menangis segalanya bisa menjadi lebih baik dan menemukan ketenangan ya silakan. Intinya, baik laki-laki maupun perempuan jika memang mampu mengondisikan dirinya untuk tidak menangis maka tidak usah menangis.

Sementara itu, jika belum menahan diri dan menemukan kelegaan, maka menangislah.

Noura menjelaskan ada dua jenis tangisan, yang diperbolehkan, dan yang dilarang. Menangis yang diperbolehkan misalnya karena takut kepada Tuhan dan saat kita ingat kepada-Nya.

Sementara menangis yang dilarang adalah menangis yang disebabkan oleh ketidaksabaran. Penyebab lainnya adalah karena tidak mampu menerima takdir.

Namun, meski tangisan itu termasuk hal lumrah, bukan lantas kita menjadi manusia rapuh yang terkena masalah sedikit langsung menangis. Apalagi bagi kaum perempuan yang selama ini dikenal sebagai pribadi yang mudah menangis. 

Menurut Noura, meski perempuan akrab dengan tangisan tapi tidak seharusnya perempuan menjadi seseorang yang cengeng. Bagaimana pun juga cengeng tidak akan menjadikan masalah selesai. Justru, hal-hal yang berlarut hanya akan membuat hati lebih sakit dan menggerus perlahan keyakinan kita terhadap Tuhan (hlm. 49).

Masih banyak artikel-artikel yang menarik dan layak disimak dalam buku ‘Aku Bukan Perempuan Cengeng’ yang diterbitkan oleh Indiva Media Kreasi ini.

Buku ini sangat penting dibaca oleh kaum perempuan. Sebagai sarana menambah wawasan sekaligus memotivasi agar berusaha menjadi perempuan yang tangguh dan sabar dalam setiap situasi dan kondisi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak