Review Film Sosok Ketiga, Santet Istri Pertama

Hernawan | Athar Farha
Review Film Sosok Ketiga, Santet Istri Pertama
Foto Film Sosok Ketiga (instagram/sosokketigamovie)

"Sosok Ketiga" adalah film horor Indonesia yang dirilis pada 22 Juni 2023, disutradarai oleh Dedy Mercy dan dibintangi oleh Celine Evangelista, Erika Carlina, Samuel Rizal, Dewi Irawan, dan Marshel Widianto. 

Cerita ini berkisah tentang kehidupan Yuni (Celine Evangelista), seorang istri kedua yang awalnya merasa bahagia setelah menikah dengan Anton (Samuel Rizal). Meskipun Anton sebelumnya telah menikah dengan Nuri (Erika Carlina), Yuni merasa hubungannya dengan keduanya tetap harmonis.

Puncak kebahagiaan Yuni dan Anton adalah kehamilan Yuni yang sudah berusia tujuh bulan. Namun, suasana bahagia itu berubah menjadi mimpi buruk saat Yuni mulai mengalami gangguan pada kehamilannya.

Keadaan semakin rumit ketika Nuri merasa kesal dengan Anton yang dianggapnya sulit adil dalam membagi waktu. Konflik di antara istri pertama dan kedua ini memuncak dengan gangguan gaib yang membuat hidup Yuni penuh teror.

Sementara itu, Mbok Ginem (Rowiena Umboh), ibu Yuni, berspekulasi bahwa semua ini adalah akibat dari perbuatan Yuni yang melakukan pelet untuk mendapatkan Anton di masa lalu. Konflik semakin kompleks dengan curiga Yuni pada Bude Harni (Dewi Irawan), yang nggak setuju dengan pernikahannya.

Ketika situasi semakin nggak kondusif, dan Anton harus keluar kota tiba-tiba, membuat Yuni meminta Nuri untuk menjaganya di rumah. Pertanyaannya, apa yang akan terjadi bila istri pertama dan kedua berada satu atap?

Ulasan:

Film memang seringkali menjadi perbincangan yang subjektif, dan setiap orang memiliki selera yang berbeda. Dalam melihat film "Sosok Ketiga" dan membandingkannya dengan "Jin Khodam," tampaknya preferensi penonton sangat mempengaruhi penilaian. Meskipun keduanya disutradarai oleh orang yang sama, tetapi mungkin tema atau penyajian ceritanya nggak sepenuhnya memuaskan semua orang.

Kritik terhadap tata rias yang terlihat nggak natural, terutama dengan make-up yang tebal, memang dapat memengaruhi pengalaman menonton. Rasa heran terhadap keberadaan adegan yang bertele-tele dengan dialog yang terkesan pasaran memberikan gambaran bahwa film ini memiliki kelemahan dalam pengembangan cerita dan karakter.

Adanya adegan sadis yang dianggap biasa saja meskipun dengan rating 17+ mencerminkan bahwa aspek ketegangan atau keintensitasan mungkin kurang maksimal. Visual yang nggak begitu mengesankan tetapi masih nyaman untuk ditonton mengindikasikan bahwa produksi film ini mungkin memiliki keterbatasan dalam hal anggaran atau teknologi. Mungkin saja. 

Jumpscare yang nggak terlalu mendebarkan, jelas memengaruhi genre horor dari film ini. Dengan memberikan skor 5,5/10, aku menggarisbawahi bahwa plotnya masih dapat diikuti, tetapi kekurangannya, ada dalam beberapa aspek yang sebagian telah disebutkan.

Namun, yang jelas, penilaian terhadap film sangat bergantung pada preferensi masing-masing penonton, dan apa yang mungkin menarik bagi satu orang belum tentu sama untuk orang lain. Kamu mau menontonnya? Tunggu tayang di streaming, ya! 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak