Ada satu adegan kecil dalam Film Superman versi James Gunn yang langsung nempel di hati. Nggak ada ledakan, musuh raksasa, bahkan CGI yang norak. Adegan itu memperlihatkan Lois Lane pulang ke apartemennya, lalu mendapati Clark Kent lagi masak breakfast for dinner. Katanya sih buat merayakan hari jadi mereka.
Clark bilang itu makanan favorit Lois. Lois ngotot bilang, “Itu kan favorit kamu.”
Begitulah, momen kecil yang manis dan jujur. Dua orang yang masih saling mengenal, belum sepenuhnya seirama, tapi saling mencoba. Di sinilah Gunn berhasil mengangkat romansa awkward antara dua manusia, meskipun salah satunya literally alien.
Sayangnya film ini nggak sepenuhnya diisi momen-momen kayak gitu. Sobat Yoursay penasaran? Sini deh kepoin bareng detail kisahnya!
Sekilas tentang Film Superman
Film yang tayang di bioskop Indonesia sejak 9 Juli 2025, fokus pada Superman (DavidCorenswet) yang sudah jadi simbol harapan dan kebaikan secara global. Jednak cosplay-nya sebagai penyelamat membawa beban moral dan politik yang serius.
Pada saat yang sama, Clark Kent bekerja sebagai reporter di The Daily Planet, karir yang mempertemukannya dengan Lois Lane (RachelBrosnahan), sosok yang kritis, modern, dan nggak mudah terpikat.
Ketika Superman bertindak di luar jalur hukum untuk menghentikan krisis global, publik mulai meragukan motifnya. Dan situasi itu dimanfaatkan Lex Luthor (NicholasHoult), sang titan teknologi.
Luthor melancarkan kampanye manipulatif untuk melucuti reputasi Superman sekaligus merusak kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan yang nggak bisa dikendalikan.
Sementara tekanan politik dan sosial memuncak, Clark menghadapi dilema yang berat. Dia mencintai Lois, menjaga integritas sebagai jurnalis, dan berusaha menemukan keseimbangan antara warisan Krypton-nya dan nilai-nilai manusia yang membesarkannya.
Dalam situasi genting itu, Superman nggak cuma berjuang melawan robot jahat atau musuh super, dia juga mempertaruhkan keyakinan bahwa kebaikan adalah kekuatan tertinggi yang layak diperjuangkan.
Dan perlu Sobat Yoursay ketahui, di semesta Superman kali ini, kehidupan masyarakat di sana sudah terbiasa dengan adanya superhuman.
Keren, ya? Oh, jelas! Lalu, bagaimana dengan performa sepanjang durasi bergulir? Sini kepoin bareng!
Impresi Selepas Nonton Film Superman
James Gunn jelas skip bagian origin story Superman, yang sudah penggemar tonton berkali-kali. Di sini, Clark Kent alias Superman sudah mapan jadi pahlawan paling dikenal dan dicintai di dunia. Cuma gitu, memang nggak semua orang suka. Setelah dia bertindak sepihak untuk menghentikan perang di sebuah negara asing (tanpa persetujuan pemerintah AS) namanya langsung jadi kontroversial.
Adegan wawancara eksklusif antara Lois dan Superman tentang keputusan moral itu jadi salah satu highlight film ini (sebagian terpublikasi dalam trailernya). Dan jujur saja, nuansanya seperti screwball comedy tapi dengan tensi moral yang nyata. Sayangnya, bagian ini cuma secuil dari keseluruhan film yang lebih sibuk jadi pesta pora CGI.
Jujur, Superman versi 2025 ini seperti Happy Meal. Enak sih, lucu-lucu dikit, tapi begitu selesai nonton, rasanya kayak kurang. Ada beberapa momen dramatis dan lucu yang nyangkut, tapi keseluruhan film terasa cepat saji.
Soal departemen akting, David Corenswet sebagai Superman tampil charming, penuh ketulusan, tapi belum punya gravitas yang bikin dia benar-benar memorable. Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane? Solid. Dinamis, tegas, dan punya chemistry bagus dengan Clark. Cuma ya gitu, secara keseluruhan film ini nggak pernah benar-benar meledak secara emosional atau visual.
Nicholas Hoult tampil cukup menghibur sebagai Lex Luthor versi gila lengkap dengan pacarnya yang narsis, Eve Teschmacher (diperankan Sara Sampaio), terlepas perannya terasa kurang diberi napas. Begitu juga karakter pendukung lainnya: Mister Terrific (Edi Gathegi), Green Lantern Guy Gardner (Nathan Fillion), dan Hawkgirl (Isabela Merced), mereka muncul tanpa benar-benar diberi ruang tumbuh.
Satu hal yang bikin diriku salut. James Gunn nggak ragu memasukkan komentar sosial. Ketika Superman ditahan dan dipukuli pasukan bertopeng hanya karena dianggap melanggar batas, lalu dijebloskan ke penjara bersama tahanan politik lainnya, rasanya relevan banget dengan realita saat ini.
Akhir kata, Film Superman versi James Gunn punya momen-momen kuat, ada ide-ide yang menarik, ada karakter yang menyenangkan. Sayangnya memang, seperti makanan cepat saji, semuanya terasa cepat, ringan, dan terlalu penuh warna untuk bisa dicerna dengan tenang.
Apakah film ini buruk? Nggak sama sekali. Apakah ini langkah awal yang meyakinkan untuk DCU era baru? Bisa dibilang, ini menjanjikan. Mungkin, Superman (yang sekarang) baru sebatas Clark Kent yang masih belajar jadi sosok yang benar-benar luar biasa.
Tontonlah selagi masih tayang di bioskop!
Skor: 7,9/10