Ulasan Buku Cermin Kehidupan, Memetik Pelajaran di Setiap Perjalanan

Ayu Nabila | Sam Edy
Ulasan Buku Cermin Kehidupan, Memetik Pelajaran di Setiap Perjalanan
Buku 'Cermin Kehidupan' (DocPribadi/ Sam Edy)

Ada banyak pelajaran berharga yang bisa kita petik dari setiap kejadian yang dialami oleh para manusia di muka bumi ini. Pelajaran berharga inilah yang dapat kita jadikan sebagai bahan introspeksi diri, agar ke depan kita bisa menjadi sosok manusia yang lebih baik lagi.

Pelajaran berharga bisa kita peroleh dari pengalaman-pengalaman pribadi kita, atau dari pengalaman orang-orang yang berada di sekitar kita, seperti saudara, kerabat, teman, sahabat, tetangga, dan sebagainya. 

Pelajaran berharga juga bisa temukan dari buku-buku yang kita baca. Salah satunya buku karya ‘Cermin Kehidupan’ (Memetik Pelajaran di Setiap Perjalanan) karya Johan Edward Tampubolon, terbitan Elex Media Komputindo (Jakarta, 2017).

Sebagaimana kita pahami bersama, hidup yang kita jalani ini pasti diwarnai dengan lika-liku. Bahagia dan kesedihan menjadi dua hal tak terpisahkan. Tinggal bagaimana kita menjalani atau menghadapinya. Berusahalah untuk tetap optimistis menjalani hidup dan menjauhkan rasa khawatir atau cemas berlebihan.

Rasa khawatir yang berlebihan justru malah menyiksa diri sendiri dan membuat hidup diwarnai ketidaktenangan. Jalani hidup dengan santai. Jangan tegang dan terlalu spaneng. Meski santai, tapi tetap memiliki kewaspadaan. Jadi arti santai di sini bukan berarti bermalas-malasan atau menjadi manusia lelet atau lamban dalam beraktivitas.

Menurut Johan Edward, santai bukan membuat Anda menjadi pasif. Santai justru membuat Anda lebih peka dan waspada. Bahkan Anda mengizinkan intuisi mengambil bagiannya. Santai membuat Anda berkonsentrasi serta menjaga gas atau kecepatan dan percepatan.

BACA JUGA: Mengenal Alienation: Kondisi Ketika Enggan Berinteraksi Sosial dan Asing Terhadap Diri Sendiri

Seorang pemberani bukannya tidak memiliki rasa takut, melainkan berusaha dan berhasil mengatasi rasa takutnya itu. Kekhawatiran dapat membuat Anda terjatuh. Kekhawatiran lebih dahsyat dan lebih kuat daya tariknya dibandingkan gravitasi. Kekhawatiran ada agar Anda waspada. Bukan supaya Anda terpana bahkan  terpesona hingga Anda kehilangan harapan (Cermin Kehidupan, hlm. 4).

Selain berusaha santai menjalani hidup ini, kita juga butuh untuk meluangkan waktu untuk bermain. Ya, kita butuh melepaskan penatnya pikiran. Salah satunya dengan cara bermain ke tempat wisata misalnya. Atau melakukan hobi seperti bermain tenis meja, berkebun, memasak, dan sebagainya.

Bermain tak kenal usia. Banyak orang yang mungkin mengira bahwa usia tua sudah tak layak atau tak pantas untuk bermain-main. Anggapan semacam ini jelas kurang tepat, sebab manusia, tua atau muda, sama-sama butuh untuk bermain atau melakukan aktivitas yang disukainya selama itu positif.

Jangan takut dengan ucapan, “masa kecil kurang bahagia.” Tidak ada istilah terlalu tua untuk bermain. Filsuf Irlandia, Goerge Bernard Shaw, pemenang Nobel sastra pernah berkata, “Kita tidak boleh berhenti bermain karena kita tua. Kita menjadi tua karena berhenti bermain” (Cermin Kehidupan, hlm. 8-9).

Bagi Anda yang sedang butuh motivasi atau inspirasi hidup, buku ini bisa dijadikan sebagai pilihan untuk meningkatkan semangat dalam diri Anda. Buku ini juga bisa menjadi sarana introspeksi diri. Selamat membaca!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak