Review Film Netflix yang Tayang 1 Januari 2024: Realita, Cinta, dan Rock'n Roll

Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Review Film Netflix yang Tayang 1 Januari 2024: Realita, Cinta, dan Rock'n Roll
Foto Film Realita, Cinta, dan Rock'n Roll (IMDb)

Kabar gembira bagi penggemar Vino G Bastian dan Herjunot Ali, Netflix akhirnya menayangkan film lawas yang mereka bintangi (2006) berjudul: “Realita, Cinta, dan Rock’n Roll” pada 1 Januari 2024.

Ada yang belum menonton filmnya, tapi masih ragu juga untuk menontonnya? Untuk generasi milenial sekarang, mungkin akan sedikit asing memang, bila harus menonton film-film lawas, tapi ini nggak terlalu lawas, kok. 

Ulasan:

Jadi begini, Film Realita, Cinta, dan Rock'n Roll, merupakan sebuah perjalanan emosional yang intens melalui kehidupan dua sahabat, Ipang (Vino G. Bastian) dan Nugi (Herjunot Ali), yang berbagi mimpi menjadi pemusik rock'n roll di tengah kecenderungan mereka untuk bolos sekolah dan mengejar kebebasan artistik.

Dalam sinema yang disutradarai Upi Avianto, yang bila ditonton sekarang (2024), jelas Upi Avianto berhasil menciptakan nuansa nostalgia dengan menggambarkan tahun 2006, di mana musik rock masih menjadi medium ekspresi paling kuat bagi sekelompok pemuda yang merindukan kebebasan dari norma-norma sosial yang terkotak-kotak. 

Kisah dimulai dengan persahabatan yang kuat antara Ipang dan Nugi, dua karakter yang nggak menyukai sekolah dan memilih mengejar gairah musik mereka. Terlepas dari ketidaksetujuan orang tua mereka terhadap minat ini, kedua sahabat ini bersama-sama menjalani hari-hari mereka dengan semangat penuh.

Sebagai elemen penting dalam alur cerita, plot mengeksplorasi konflik internal karakter-karakter utama. Ipang, yang mengetahui bahwa dirinya hanyalah anak adopsi, mengalami kekecewaan mendalam dan memutuskan untuk meninggalkan rumah. Hal ini memberikan dimensi emosional yang mendalam pada karakternya, dan penonton dapat merasakan perjuangan batinnya untuk menghadapi identitasnya yang baru ditemukan.

Nugi juga menghadapi perjuangan pribadi saat menghadapi kenyataan bahwa ayahnya, yang selama ini dia kagumi sebagai atlet Taekwondo, ternyata seorang transeksual. Ketidaksetujuan awal Nugi melahirkan konflik internal yang rumit, tetapi seiring waktu, dia belajar menerima dan memahami bahwa cinta orang tua nggak tergantung pada penampilan fisik atau profesi.

Sementara itu, peran Nadine Chandrawinata sebagai Sandra memberikan warna tersendiri pada cerita. Sandra, yang memiliki toko kaset tempat Ipang dan Nugi sering berkumpul, menjadi saksi pertumbuhan dan perubahan dalam persahabatan mereka. Kehadirannya menciptakan dinamika baru, terutama ketika dia terlibat dalam hubungan yang rumit dengan salah satu dari mereka.

Dari segi visual, film ini berhasil menangkap estetika tahun 2006 dengan baik. Pemilihan kostum, properti, dan musik era tersebut membantu menciptakan suasana yang autentik. Penggunaan soundtrack rock'n roll yang kuat semakin memperkuat identitas film ini sebagai kisah tentang generasi yang mencari kebebasan dan makna dalam musik.

Pada akhirnya, "Realita, Cinta, dan Rock'n Roll" bukan hanya tentang perjalanan dalam mencapai impian, tetapi juga tentang pertumbuhan pribadi, penerimaan, dan arti sejati dari persahabatan. Melalui perpaduan elemen dramatis, humor, dan musik, film ini berhasil menggambarkan esensi dari semangat anak muda yang mencari identitas mereka di dunia yang terus berubah.

Namun, terlepas tema yang diangkatnya cukup frontal, tetapi memang, seiring durasi berjalan, aku merasa naskahnya nggak terlalu kuat mengimbangi tema yang diusung. Dialog beberapa karakter terkesan kaku, dan penyampaian emosi yang seharusnya disampaikan begitu kuat dan dalam, tetapi malah terkesan tanggung dan cenderung datar. Maka skor dariku: 7/10. Ini film yang masih layak ditonton dan buruan cek Netflix. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak