Jelang Pemilu kali ini, salah satu upaya dari setiap pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam rangka mendapatkan vote dari masyarakat adalah memaksimalkan penyampaian visi misi dalam debat capres dan cawapres yang diadakan oleh KPU.
Ada banyak sekali hal menarik yang bisa kita saksikan selama diadakannya debat tersebut. Pro dan kontra serta perang gagasan yang terjadi antar paslon benar-benar menuai perhatian masyarakat.
Nah saya kemudian tertarik untuk mendalami hal-hal yang berkaitan dengan debat seperti ini dalam buku berjudul Good Arguments.
Good Arguments membahas tentang seni mengutarakan pandangan untuk hidup dan karier yang lebih memuaskan.
Buku ini ditulis oleh Bo Seo, pemegang dua gelar juara dunia debat yang berasal dari Korea.
Meskipun terlahir di negeri ginseng, namun Bo Seo dibesarkan dan menjalani pendidikan formalnya di Australia.
Di sanalah ia kemudian belajar mendalami ilmu tentang debat secara serius. Dari SMP, ia bahkan sudah pernah mengikuti berbagai kompetisi debat.
Hal yang membuat saya kagum sebenarnya adalah bagaimana penulis bisa bertransformasi dari seorang introvert yang pemalu dan tidak pernah berani menyampaikan keinginannya, menjadi sosok yang bisa memenangkan adu argumen hingga di kancah internasional.
Bahkan penulis mengatakan bahwa penerapan ilmu yang ia dapatkan selama berkecimpung di dunia debat membuatnya bisa lebih luwes dalam berkomunikasi di kehidupan sehari-hari.
Penulis banyak memaparkan pengalaman-pengalamannya yang menarik di buku ini.
Mulai dari simulasi tentang membangun topik, menyusun argumen, memberikan bantahan, cara beretorika, mengetahui kapan harus diam, hingga teknik untuk membela diri.
Lewat pemaparan di atas, saya pikir buku ini bukan buku teori yang serta merta menyuguhkan konsep tentang bagaimana argumen yang baik itu tercipta.
Tapi penulis berupaya menunjukkan sebuah simulasi debat berupa deskripsi suasana, cara pandang, hingga studi kasus yang mengajak pembaca untuk sama-sama berpikir.
Tapi bagi pembaca yang agak kesulitan untuk membayangkan simulasi seperti ini, membaca buku ini mungkin akan sedikit membingungkan dan membosankan.
Saya juga sempat merasa bosan. Karena sedari awal, ekspektasi saya tentang buku ini adalah referensi yang membahas hal-hal teoritis mengenai debat dan bagaimana implementasinya dalam karier.
Namun nyatanya, dari awal hingga akhir, buku ini semuanya hanya membahas mengenai pelajaran yang bisa diambil dari pengalaman pribadi penulis selama mengikuti kompetisi debat.
Meskipun pada beberapa bagian, penulis menekankan hal-hal penting yang bisa diterapkan dalam kehidupan.
Saya rasa buku ini lebih cocok dibaca oleh orang-orang yang memang banyak berkecimpung dalam bidang komunikasi secara profesional.
Nah bagi kamu yang memang tertarik dengan pembahasan mengenai adu argumen dan cara menyampaikan pandangan secara lebih spesifik, buku Good Argument ini juga bisa jadi pertimbangan yang layak untuk dibaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS