Prisca Primasari, lahir di Surabaya, 22 Februari. Karyanya yang telah terbit, antara lain: Éclair: Pagi Terakhir di Rusia, Beautiful Mistake, Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa, Paris: Aline, Evergreen, dan Priceless Moment. French Pink adalah novelanya yang diterbitkan oleh Grasindo (2014) dan akan saya beri ulasannya berikut ini.
Novela yang mengambil setting ceritanya di Distrik Jiyugaoka, Jepang, ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Hitomi pemilik dari toko pita Sweet Ribbons.
Hitomi mahir memadupadankan warna, memberikan rekomendasi warna pita untuk sebuah acara, mencarikan pelanggan yang kebingungan memilih warna pita. Sampai sebuah kejadian membuat Hitomi kehilangan kemampuannya. Kesedihan membuat perempuan itu hanya mengenali warna hitam.
Sampai suatu hari Hitomi bertemu seorang laki-laki berpenampilan serba hitam setelah perempuan itu menyatakan keinginannya untuk bunuh diri pada Mika, salah seorang karyawannya.
“Hidupku … tidak lagi ada gunanya,” ujarnya sambil menatap jalan. “Kalau saja aku punya keberanian untuk mati, akan kulakukan sekarang juga.” (hlm 5)
Lelaki aneh bernama Hane itu lalu meminta bantuan Hitomi untuk mencarikan benda-benda: pita berwarna english lavender, syal berwarna french pink, dan kertas kado berwarna hitam, yang anehnya, tak bisa ditolak Hitomi padahal lelaki itu hanya orang asing yang dijumpainya di jalan.
Berhari-hari Hitomi membantu pemuda itu. Ia sempat berpikir jika Hane yang kemunculannya begitu misterius—dengan didahului jatuhnya sehelai bulu hitam seperti milik burung gagak di dekat kaki Hitomi—sebenarnya adalah Shinigami, dewa kematian, yang salah satu tugasnya adalah mendatangi orang yang berpikiran untuk bunuh diri, seperti yang pernah dipikirkan Hitomi.
Novel ini memiliki premis yang unik dengan melibatkan pencarian warna-warna yang ‘tak biasa’ bercampur dengan mitologi Jepang.
Ditambah lagi dengan latar tempat di sebuah distrik populer di Jepang, sehingga saya selaku pembaca bisa membayangkan setiap lokasi yang dengan sangat detail dijabarkan oleh penulis. Hal ini menunjukkan bahwa penulis meriset setting Distrik Jiyugaoka dan sekitarnya dengan sangat baik.
Plot twist novel ini benar-benar memberikan kejutan, tentang siapa sesungguhnya jati diri dari lelaki misterius bernama Hane dan tujuannya menjumpai Hitomi. Serta cerita yang melatarbelakangi pencarian benda-benda dengan warna tertentu yang diminta Hane yang berhubungan dengan keinginan Hatomi untuk bunuh diri.
Ending cerita berakhir manis dan heartwarming, sangat memuaskan saya sebagai pembaca walaupun di dunia nyata pastinya saya tidak akan pernah berkeinginan untuk bertemu dengan shinigami, seberapa pun tampannya dia.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS