Review Film Inception, Meretas Batas antara Mimpi dan Kenyataan

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Review Film Inception, Meretas Batas antara Mimpi dan Kenyataan
Film Inception (IMDb)

"Inception" adalah masterpiece buatan Christopher Nolan, yang mana, semenjak filmnya rilis di berbagai negara pada 2010, saat itulah pencinta film diterpa gelombang kekaguman dan diskusi sejak debutnya hingga sekarang.

Ya, diskusi tentang film ini selalu menarik di kalangan ‘sinefil’. Dengan durasi 148 menit, film ini mengajak penontonnya merasakan kekayaan konsep ilusi dan realitas bercabang.

"Inception" mengisahkan perjalanan kompleks seorang ahli ‘pencuri pikiran’, Dom Cobb (Leonardo DiCaprio), yang memiliki kemampuan unik untuk menyusup ke dalam mimpi orang lain dan mencuri rahasia mereka.

Suatu ketika Cobb diberikan tugas terakhir, yang mungkin akan memberinya sebuah kesempatan untuk kembali ke kehidupan lamanya. 

Cobb dan timnya, yang terdiri dari para ahli dengan kemampuan khusus, nggak melakukan pencurian informasi biasa. Mereka dikenalkan dengan konsep "inception", yaitu menanamkan ide di dalam pikiran seseorang tanpa sepengetahuan mereka.

Tantangan yang dihadapi anggota tim, semakin rumit karena setiap lapisan mimpi yang mereka kunjungi membawa konsekuensi dan aturannya sendiri.

Dalam upaya mencapai tujuan mereka, Cobb harus berurusan dengan bayangan masa lalunya, terutama keterlibatannya dalam tragedi keluarganya.

Ya, Cobb dibayangi oleh sosok Mal (Marion Cotillard), istrinya yang telah meninggal, yang selalu menghantui alam bawah sadarnya, dan selalu mengancam misi itu. 

Review Film Inception

Dengan penuh keahlian, Christopher Nolan membentangkan ‘tapisan-tapisan’ kompleks mimpi dan realitas di dalam ceritanya. 

Dalam konteks film "Inception", istilah ‘tapisan-tapisan’ mengacu pada konsep lapisan mimpi yang dijelajahi oleh karakter-karakter dalam cerita.

Cobb dan timnya menggunakan teknologi khusus untuk memasuki berbagai tingkat mimpi dan menciptakan struktur naratif yang sifatnya berlapis-lapis.

Salah satu hal paling unik dalam "Inception" adalah penggunaan totem sebagai alat untuk membedakan antara mimpi dan kenyataan. Totem adalah objek pribadi yang hanya pemiliknya yang tahu karakteristik khususnya di dalam dunia mimpi.

Ide dasar totem adalah bahwa dalam mimpi, orang lain nggak bisa sepenuhnya mereplikasi totem, alias setiap orang punya totemnya masing-masing. 

Contoh paling mencolok adalah totem milik Dom Cobb, yaitu gasing putar. Dalam mimpi atau kenyataan, gasing itu memiliki sifat khusus yang hanya diketahui oleh Cobb. Jika gasing itu terus berputar tanpa berhenti, itu menunjukkan bahwa Cobb masih berada dalam mimpi.

Penggunaan totem menciptakan elemen pemahaman yang unik di dalam film. Bagaimana karakter mengatasi dilema dan konflik mereka, termasuk kebenaran tentang kenyataan dan mimpi, sering kali terhubung dengan bagaimana mereka berinteraksi dengan totem masing-masing.

Jadi, totem nggak hanya menjadi alat plot, tetapi juga menjadi simbol mendalam untuk pertempuran internal dan eksternal karakter-karakter dalam "Inception".

Elemen ilusi dalam "Inception" dipahat dengan visual yang luar biasa. Efek khusus yang canggih menciptakan dunia mimpi yang menggoda, dihiasi dengan detail luar biasa. Nolan menggunakan keterampilan sutradaranya untuk menciptakan pengalaman audio visual yang bikin aku takjub. 

Kinerja akting luar biasa dari para pemain mendukung kekuatan naratif film ini. DiCaprio, bersama dengan Joseph Gordon-Levitt, Ellen Page, dan Tom Hardy, membentuk tim yang dinamis. Mereka membawa karakter-karakter terasa hidup.

Ya, tetapi sebenarnya, chemistry di antara mereka di beberapa scene yang seharusnya membutuhkan tingkat kesedihan atau emosi memuncak, agak kurang, sih. 

Sementara itu, konsep realitas bercabang muncul sebagai inti dari alur cerita. Setiap lapisan mimpi memiliki aturan sendiri. Nah, di sinilah perjalanan mimpi yang berlapis-lapis sangat membingungkan penonton. Kesannya, ini film cuma untuk orang-orang intelektual tinggi, ups.

Okelah, "Inception" jelas berhasil merajut imajinasi dan realitas dalam satu kesatuan yang kece. Dan tentunya menjadi tonggak sinematik yang menginspirasi dan memikat penonton hingga sekarang. Terlepas kekurangan minor itu, skor dariku nggak pernah berubah untuk film ini: 8,5/10. 

Buat yang baru tahu film ini, selamat menonton, ya! 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak