"Arthur the King" sudah menghiasi layar bioskop Indonesia sejak 22 Maret 2024, dan hingga sekarang masih mencuri perhatian penonton.
Filmnya disutradarai oleh Simon Cellan Jones, ditulis oleh Michael Brandt, dan dibintangi oleh aktor dan aktris ternama: Mark Wahlberg sebagai Michael Light, Simu Liu sebagai Leo, Juliet Rylance sebagai Helena Light, dan masih banyak lagi.
"Arthur the King" didasarkan pada buku non-fiksi berjudul "Arthur: The Dog Who Crossed the Jungle to Find a Home" karya Mikael Lindnord, yang diterbitkan pada tahun 2016.
Meskipun ada perubahan dalam beberapa aspek cerita untuk keperluan dramatisasi dan adaptasi ke dalam medium film, inti dari kisah tentang persahabatan antara manusia dan anjing yang setia tetap dipertahankan.
Sepanjang durasi, mengisahkan tentang Michael Light, pemimpin ‘Tim Petualangan’ yang berjuang untuk mendapatkan kemenangan dalam perlombaan Adventure Team Racing.
Setelah kegagalan di masa lalu, Michael bersama timnya yang terdiri dari Olivia, Chiki, dan Leo, bersiap kembali untuk menghadapi tantangan di Republik Dominika.
Saat perlombaan dimulai, mereka bertemu dengan seekor anjing jalanan yang mereka beri nama Arthur. Ia dengan setia mengikuti tim, bahkan ketika para tim menghadapi medan yang penuh tantangan.
Selama perlombaan, hubungan antara Michael dan Arthur tumbuh. Meskipun pada akhirnya mereka kalah dalam perlombaan.
Suatu ketika prioritas beralih untuk menyelamatkan Arthur yang terinfeksi parasit parah. Michael membawanya ke Amerika Serikat untuk mendapatkan perawatan medis yang diperlukan. Gimana nasib Arthur selanjutnya, ya? Tonton full saja di bioskop, ya.
Review Film Arthur the King
Setelah menonton, ada beberapa hal yang kupetik dalam Film Arthur the King adalah tentang keberanian, persahabatan, dan arti sejati dari kemenangan.
Film ini menyoroti pentingnya tekad dan ketahanan dalam menghadapi tantangan, serta menggambarkan hubungan emosional antara manusia dan hewan.
Melalui perjalanan ‘Tim Petualangan’ yang dipimpin oleh Michael Light dan perjumpaannya dengan anjing jalanan bernama Arthur, penonton diajak untuk memahami nilai-nilai seperti kesetiaan, pengorbanan, dan keberanian untuk mempertahankan apa yang kita anggap penting dalam hidup.
Selain itu, salah satu tema paling menarik lagi dari film ini adalah gagasan tentang penebusan dan kesempatan kedua. Saat Michael dan timnya menjelajahi tantangan perlombaan, mereka terpaksa menghadapi ketakutan, ketidakamanan, dan kesalahan masa lalu mereka sendiri.
Melalui ketekunan, kerja sama tim, dan tekad yang teguh, mereka menemukan bahwa kemenangan sejati bukanlah tentang mencapai garis finish pertama, tetapi tentang menemukan kekuatan dalam kesulitan dan membangun hubungan yang bermakna.
Kerennya, "Arthur the King" dengan mahir menggabungkan beberapa narasi, secara mulus memadukan elemen drama olahraga, petualangan, dan emosi yang mendalam. Adegan perlombaan yang memacu adrenalin, diatur di latar belakang Republik Dominika yang bagus secara visual.
Meskipun "Arthur the King" terbilang menghibur dengan cerita yang menyentuh, ada beberapa kekurangan yang aku rasakan.
Pertama, pengembangan karakter terasa terbatas, sehingga beberapa karakter nggak mendapatkan pengembangan yang pas. Ditambah premisnya terasa klise dengan ‘pace’ penceritaan film terkadang nggak konsisten—beberapa bagian terasa lambat dan bagian lain terasa terburu-buru.
Terlepas dari kekurangannya, "Arthur the King" masih berhasil menyajikan kisah yang menginspirasi. Berhubung aku lumayan terharu, secara subjektif, skor dariku: 7,5/10. Ini hanya tentang selera dan pengalaman menonton, jadi kalau kamu berniat nonton film ini, nggak usah ragu. Selamat menonton, ya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS