Perbedaan Status Sosial Jadi Ujian Cinta di Novel 'Hingga Ujung Cakrawala'

Ayu Nabila | Rizky Melinda Sari
Perbedaan Status Sosial Jadi Ujian Cinta di Novel 'Hingga Ujung Cakrawala'
Novel Hingga Ujung Cakrawala (gramedia.com)

Cinta beda kasta rupanya tidak hanya terjadi di masa lampau. Perbedaan status sosial ternyata juga menjadi salah satu momok menakutkan yang bisa mempengaruhi sebuah hubungan, seperti permasalahan yang dihadapi oleh kedua tokoh utama dalam buku ini.

Identitas Buku

Judul Buku: Hingga Ujung Cakrawala

Penulis: Titik Sanaria

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman:

Genre: Metropop

Sinopsis Novel ‘Hingga Ujung Cakrawala’

Sepertinya masalah menjadi bagian tidak terpisahkan dari hidup Anjani beberapa tahun terakhir. Ayahnya yang belum lama meninggal dunia ternyata memiliki anak laki-laki dari perempuan lain, dan harus tinggal dengan mereka. Ibunya menderita berbagai penyakit komplikasi yang nyaris menguras segala yang mereka miliki.

Anjani tidak punya waktu untuk urusan asmara. Apalagi dengan seorang laki-laki yang berbeda kasta dengannya. Itu sama saja mengundang masalah tambahan.

Namun, bisakah Anjani menghindari laki-laki itu? Bisakah dia menolak cinta dari laki-laki yang terus mengejarnya hingga ujung cakrawala?

Ulasan Novel ‘Hingga Ujung Cakrawala’

Genre metropop merupakan salah satu genre yang menawarkan cerita ringan sehari-hari tetapi dibalut dengan permasalahan yang cukup rumit. Biasanya genre ini mengangkat kisah hidup orang-orang yang telah memasuki usia dewasa dengan berbagai problem yang mereka hadapi.

Berbeda dengan genre teenlit yang penuh dengan jatuh cinta ala anak remaja, di genre metropop ini kita akan disuguhkan kisah cinta orang dewasa yang sudah mulai mempertimbangkan banyak hal. Kedua tokoh utama dalam novel ini digambarkan sebagai dua orang dewasa yang telah sama-sama bekerja. Mereka memaknai cinta dengan makna yang dalam.

Cara Dhyas, tokoh utama laki-laki dalam novel ini, mengungkapkan cintanya kepada Anjani tentu tidak sesederhana itu. Awal pendekatan mereka saja sudah sangat berbeda dan matang, tidak seperti cara pendekatan ala remaja.

Aku suka dengan sikap dewasa para tokoh yang ada di novel ini. Cara mereka menghadapi dan merespon masalah, saat membicarakan cinta dan pernikahan, sampai pertemanan yang lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas pertemuan semata.

Tidak ada orang ketiga yang mengganggu hubungan Anjani dan Dhyas. Cobaan mereka justru datang dari ibu Dhyas yang tidak merestui hubungan keduanya lantaran perbedaan kasta. Dhyas berasal dari keluarga ‘berada’ dan bisa dikatakan konglomerat, sedangkan Anjani dari keluarga biasa-biasa saja, apalagi setelah ibunya sakit-sakitan.

Aku cukup kesal dengan sikap ibu Dhyas yang terkesan terlalu anti dengan Anjani hanya karena perbedaan status sosial. Ternyata, ada campur tangan cerita masa lalu yang menjadi alasan utama ibu Dhyas merasa keberatan anaknya menjalin hubungan dengan Anjani.

Jodoh memang tidak ke mana. Meski sempat menghadapi berbagai masalah, Anjani dan Dhyas membuktikan bahwa jika memang berjodoh maka tidak ada yang bisa menghalangi. Dari judul dan sinopsis, sepertinya sudah bisa ditebak bagaimana effort Dhyas untuk mendapatkan kembali cinta Anjani.

Novel ini direkomendasikan untuk pembaca yang sudah bosan dengan kisah asmara ala anak remaja yang terlalu polos. Kisah Anjani dan Dhyas ini sepertinya cukup relate dengan banyak orang, terutama yang tinggal di kota-kota besar.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak