"Tenet" itu dulu jadi film paling ambisius dari Sutradara Christopher Nolan (2020), yang menampilkan bintang-bintang besar seperti John David Washington, Robert Pattinson, dan Elizabeth Debicki.
Skripnya ditulis oleh Nolan sendiri, dan menghadirkan plot yang kompleks tentang manipulasi waktu dan realitas. Musik epik yang memikat dari Ludwig Goransson bikin tambah seru. Dengan durasi sekitar 150 menit, "Tenet" menyajikan aksi spektakuler dan konsep gila sekaligus bikin kepala nyut-nyutan.
"Tenet" mengikuti sosok ‘Protagonis’ (nggak disebutkan nama aslinya sepanjang film) yang diperankan oleh John David Washington, seorang agen CIA.
Dia ditarik ke dalam dunia rahasia yang melibatkan teknologi yang memungkinkan perjalanan waktu terbalik. Bersama dengan rekan baru Neil (Robert Pattinson), mereka pun terlibat dalam misi berbahaya untuk mencegah ancaman global.
Ulasan Film Tenet
Nonton ini nggak bisa sekali duduk, tapi harus banget nonton berulang-ulang biar paham isi dan konsep filmnya. Bukannya menghibur malah bikin mumet. Ya, ungkapan semacam itu bakal keluar dari mulut-mulut orang yang nggak suka dibikin pusing sama film.
Aku nggak akan bahas teknisnya karena sudah keren dan mendekati sempurna. Namun, terkait ‘konsep perjalanan waktu’ dalam filmnya, itu benar-benar menggelitik diriku.
Jadi gini, konsep perjalanan waktu dalam film "Tenet" merupakan salah satu elemen utamanya. Christopher Nolan menghadirkan pendekatan yang unik dan kompleks terhadap ide perjalanan waktu, yang maksa penonton untuk memahami dan mengikuti alur ceritanya dengan saksama.
Dalam "Tenet," perjalanan waktu nggak hanya digunakan sebagai alat plot, tetapi juga sebagai elemen integral, melalui penggunaan teknologi yang memungkinkan objek bergerak mundur ‘melalui waktu yang juga dibikin mundur’ istilahnya adalah inversi.
Dengan inversi, objek dapat melakukan gerakan mundur sambil berinteraksi dengan dunia di sekitarnya yang bergerak maju. Udah mumet belum? Ups.
Ada scene, dua karakter melakukan inversi. Nah, yang satu akan melihat peristiwa dari sudut pandang yang berbeda. Mumet, ya? Kujelaskan, ya. Nah, situasi itu, memperlihatkan ‘karakter yang satu’ melihatnya bergerak mundur, sementara ‘karakter satunya lagi’ melihatnya bergerak maju. Paham, ya.
Nah, situasi semacam itu, menciptakan situasi yang rumit dan membingungkan, aku harus memperhatikan dengan cermat setiap detailnya untuk memahami kronologi peristiwa yang sebenarnya.
Nolan juga menghadirkan konsep "algoritma," yang merupakan inti dari konflik dalam film. Algoritma ini memiliki kemampuan untuk memanipulasi waktu secara global, yang dapat mengubah arah masa depan.
Oleh karena itu, para karakter dalam film berusaha untuk menghentikan algoritma buat nggak jatuh di tangan yang salah, karena dapat menyebabkan akhir dari dunia (dalam Film Tenet).
Harus kuakui, kompleksitas konsep perjalanan waktu dalam "Tenet" pusing atau bingung. Plot yang rumit dan detail-detail teknis yang ikutan rumit, benar-benar memerlukan analisis ekstra. Biarpun ada penjelasan ilmiahnya, tapi buatku itu kurang banget!
Belum lagi, film ini kayak menyodorkan pertanyaan: Apakah masa depan telah ditentukan dan apakah manusia memiliki kebebasan untuk mengubahnya? Dalam film agaknya terjawab dari banyaknya scene, dan aku nggak akan spoiler. Kamu harus nonton biar ikutan mumet!
Dapat aku simpulkan, "Tenet" nggak bisa diterima oleh semua orang, tapi buat yang suka dan paham pada konsep dan kerumitan ceritanya, film ini justru hiburan melepas kantuk.
Berhubung aku cukup suka tanpa mau nonton berulang-ulang karena sudah cukup dibuat pusing, dengan pemeran yang oke-oke dan teknisnya yang mantap, maka skor dariku: 7/10. Kamu jangan sampai nggak nonton film ini, ya. Yuk, mumet bareng. Eh!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS