Ajari Anak Atasi Perundungan dalam 'Katakan Tidak pada Perundungan'

Hernawan | Gita Fetty Utami
Ajari Anak Atasi Perundungan dalam 'Katakan Tidak pada Perundungan'
Buku Cerita Anak Katakan Tidak pada Perundungan. (dok.pri/Gita Fetty Utami)

Maraknya kasus perundungan atau nama nge-tren-nya bullying membuat banyak pihak merasa prihatin. Sebab sejumlah kasus yang sempat mencuat dan viral justru terjadi di dunia pendidikan. Contohnya: kasus pemukulan siswa junior oleh kakak kelasnya di Cilacap, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Apalagi ketika terkuak bahwa pelaku adalah siswa yang dipandang berprestasi.

Arti perundungan sendiri adalah, perilaku yang tidak hnya menyakiti fisik, tetapi juga perasaan korbannya. Perundungan mengakibatkan trauma dan sedih yang lama pulihnya.

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita melawan perundungan untuk menciptakan lingkungan yang aman. Kini kurikulum mengenai pencegahan tindakan kekerasan disisipkan di sekolah, mulai tingkat PAUD/TK, SD, SMP, SMA.  Tak ketinggalan buku-buku bertema anti perundungan semakin memperkaya  khasanah bacaan kita.

Termasuk buku cerita anak karya Febri Purwantini berjudul ‘Katakan Tidak Pada Perundungan’ ini. Di dalamnya memuat tujuh cerita berilustrasi full color, dengan kisah yang  dekat dengan keseharian anak-anak usia SD. Judul-judulnya adalah: ‘Si Hitam Manis’, ‘Ken si Penari Hip-Hop’, ‘Menolak si Pemalak’, ‘Anak si Tukang Sayur’, ‘Kembalikan Barangku!’, ‘Mengapa Ayah Tidak Bersama Kita?’, dan ‘Jangan Menyontek Terus’.

Dari judul-judul di atas penulisnya terlihat berusaha merangkum contoh-contoh kasus  perundungan yang kerap dihadapi anak-anak.  Misalkan cerita tentang Lola di ‘Si Hitam Manis’.  Lola yang duduk di kelas tiga sering diejek ‘hitam’ oleh temannya. Ejekan itu makin menjadi karena Leni, kakak Lola yang duduk di kelas lima, berkulit putih bersih dan juara kelas. Tentu saja Lola jadi minder. Ia bahkan berburuk sangka tentang asal-usul kelahirannya.

Namun untunglah Leni  adalah kakak yang penyayang. Leni berhasil menasihati sekaligus memotivasi adiknya untuk lebih percaya diri. “Tidak apa-apa berkulit gelap, yang penting badannya sehat.” Itulah yang dikatakan Leni.

Cerita ‘Si Hitam Manis’ ditutup dengan ending bahagia. Lola menjadi juara di Kejuaraan Renang tingkat Kabupaten. Prestasinya itu berhasil meningkatkan kepercayaan diri Lola.

Ada lagi cerita tentang perundunga terhadap anak dengan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) bernama Ken, dalam ‘Ken si Penari Hip-Hop’. Ia sering dijahili oleh Bona dan Don, karena mereka menganggap Ken anak aneh. Namun untunglah tidak semua anak bersikap jahat  pada Ken.

Suatu saat guru mereka mengumumkan pentas seni yang akan diikuti oleh semua kelas.  Kelas mereka akan menampilkan tarian hip-hop. Ketika Bu Guru membuka kesempatan bagi siapa saja yang bersedia ikut mewakili kelas, Ken di luar dugaan ingin ikut.

Bu Guru pun memutuskan memberi kesempatan kepada Ken, walaupun sempat ditentang oleh Bona dan Don. Pada akhirnya setelah melewati proses latihan, Ken membuktikan dirinya mampu mengikuti gerakan tarian dengan tekun dan penuh semangat. Bahkan kelas mereka berhasil meraih juara ketiga di pentas seni sekolah.

Selain menyajikan cerita-cerita yang relate  dengan keseharian anak-anak, penulis  juga memberikan tips-anti perundungan sesuai kondisi yang di alami tokoh. Tentunya hal ini semakin menambah nilai plus dari buku terbitan Kanak, April 2021, ini.

Buku ini direkomendasikan  untuk jenjang pembaca C (10-12 tahun), mengacu pada aturan perjenjangan buku Kementerian Pendidikan,  Kebudayaan, riset, danTeknologi (Kemendikbudristek). Dan menurut saya akan lebih mengena jika anak-anak membacanya dengan  didampingi oleh orang tua (orang dewasa), supaya pesan moral lebih membekas di memori mereka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak